in ,

Definisi, Urgensi, dan Strategi Dekarbonisasi

Strategi Dekarbonisasi
FOTO: IST

Definisi, Urgensi, dan Strategi Dekarbonisasi

Pajak.com, Jakarta – Asosiasi Ahli Emisi Karbon Indonesia atau Association of Carbon Emission Experts Indonesia (ACEXI) diresmikan untuk menciptakan ekosistem kemajuan dekarbonisasi. Lantas, apa definisi dan urgensi dekarbonisasi? Dan, bagaimana strategi dekarbonisasi? Pajak.com akan mengulasnya berdasarkan berbagai sumber yang kapabel.

Apa itu dekarbonisasi?

Dekarbonisasi merupakan proses pengurangan emisi karbon ke atmosfer, terutama karbon dioksida (CO2). Adapun tujuan dekarbonisasi adalah untuk mencapai ekonomi global rendah emisi dan mencapai netralitas iklim melalui transisi energi.

Dekarbonisasi juga dapat didefinisikan sebagai tindakan menghilangkan konsumsi bahan bakar fosil yang mengandung karbon dalam struktur molekul, pembakaran yang melepaskan energi, serta polutan dan gas rumah kaca.

Apa urgensi dilakukan dekarbonisasi? 

Bahan bakar fosil, meliputi batu bara, minyak bumi dan turunannya, serta gas alam (metana) memiliki unsur kimia yang sama, yakni karbon (C). Ketika bahan bakar ini dibakar untuk energi, maka akan menghasilkan berbagai jumlah karbon dioksida dan zat lain, diantaranya adalah polutan.

Adapun emisi yang dihasilkan dalam proses tersebut tergantung pada karakteristik masing-masing bahan bakar dan teknologi untuk membakarnya. Artinya, semakin banyak karbon dalam struktur molekul, maka kian besar jumlah elemen ini yang dilepaskan ke atmosfer. Apabila pembakaran sempurna, karbon dan hidrogen dalam bahan bakar bakal bergabung dengan oksigen di udara, lalu menghasilkan karbon dioksida dan air.

Baca Juga  THR Tak Dibayarkan Perusahaan, Begini Cara Melaporkannya ke Kemenaker

Di sisi lain, proses ini juga menghasilkan emisi elemen berbahaya lainnya, seperti partikel, karbon monoksida, nitrogen oksida, oksida belerang dan senyawa organik yang mudah menguap. Elemen inilah yang sangat memengaruhi terjadinya perubahan iklim.

Mengutip laporan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang terbit pada Oktober 2018, masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil, negara-negara tropis dan subtropis di belahan bumi selatan, seperti Indonesia, berpotensi menerima dampak pemanasan global yang lebih buruk.

IPCC juga mengungkap bahwa akan ada dampak yang lebih besar jika suhu bumi naik hingga 2°C, seperti meningkatnya jumlah orang yang menderita karena kekeringan, kelangkaan air, kelaparan, penyakit, dan meninggal dunia karena perubahan suhu ekstrem. Selain itu, peristiwa kebakaran hutan serta kerusakan keanekaragaman hayati dan ekosistem pun lebih berpotensi terjadi.

Baca Juga  Sri Mulyani Bagikan Oleh-Oleh dari Pertemuan IMF World Bank dan G20

Tak hanya itu, jika gagal menjaga suhu bumi agar tak melewati batas 1,5 – 2 °C, maka diperkirakan ada relokasi hingga 10 juta orang akibat naiknya permukaan air laut di beberapa dekade ke depan.

Dengan demikian, dekarbonisasi dibutuhkan sebagai langkah mitigasi untuk mengurangi karbon di atmosfer.

Bagaimana strategi dekarbonisasi?

  • Transisi ke energi baru dan terbarukan (EBT). Peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber EBT, seperti tenaga surya, angin, dan pembangkit listrik tenaga air merupakan inti dari dekarbonisasi. EBT membantu menghasilkan listrik tanpa mengeluarkan gas rumah kaca, sehingga mengurangi ketergantungan pada sumber-sumber padat karbon;
  • Efisiensi energi pada bangunan, transportasi, dan industri;
  • Elektrifikasi, yaitu mengganti bahan bakar fosil dengan listrik ramah lingkungan pada sektor yang biasanya bergantung pada bahan bakar fosil, seperti transportasi;
  • Pengembangan penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS). Teknologi CCS menangkap emisi CO2 dari proses industri atau pembangkit listrik dan menyimpannya di bawah tanah sehingga mencegah pelepasannya ke atmosfer;
  • Penghijauan dan reboisasi melalui penanaman pohon maupun restorasi hutan meningkatkan penyerapan karbon. Dengan demikian, upaya ini bisa menghilangkan CO2 dari udara dan membantu mengimbangi emisi;
  • Mengadopsi prinsip ekonomi sirkular dengan meminimalkan limbah dan mendorong daur ulang. Hal ini akan mengurangi kebutuhan proses produksi dengan energi yang intensif;
  • Pemerintah dapat memainkan peran penting dengan menerapkan kebijakan, peraturan, dan insentif yang mendorong dekarbonisasi; dan
  • Penelitian, inovasi, dan kolaborasi. Kemajuan teknologi, seperti penangkapan karbon dan penangkapan udara langsung sangat penting untuk mencapai tujuan dekarbonisasi yang agresif. Pengembangan teknologi ini dapat cepat terlaksana dengan proses kolaborasi.
Baca Juga  Airlangga Ungkap Dampak Eskalasi Konflik Iran - Israel bagi Perekonomian Nasional

Baca juga: 

Asosiasi Ahli Emisi Karbon Indonesia Diluncurkan, Ciptakan Ekosistem Kemajuan Dekarbonisasi https://www.pajak.com/ekonomi/asosiasi-ahli-emisi-karbon-indonesia-diluncurkan-ciptakan-ekosistem-kemajuan-dekarbonisasi/

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *