in ,

Sri Mulyani Bagikan Oleh-Oleh dari Pertemuan IMF World Bank dan G20

Sri Mulyani Bagikan Oleh-Oleh
FOTO: KLI

Sri Mulyani Bagikan Oleh-Oleh dari Pertemuan IMF World Bank dan G20

Pajak.com, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bagikan oleh-oleh hasil pertemuan International Monetary Fund (IMF) World Bank dan G20, di Washington D.C. Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu. Setidaknya terdapat beberapa hal utama yang disampaikan, yaitu terkait outlook dan risiko ekonomi global, World Bank Evolution, dan pembahasan mengenai agenda perubahan iklim serta penguatan Multilateral Development Bank (MDB).

Pertama, untuk pertemuan IMF-World Bank dan G20, dominasi mengenai kondisi outlook global dan risiko ekonomi global itu sangat besar. Hal ini artinya dari sisi situasi kondisi mood dan fokus dari para pembuat kebijakan di bidang keuangan negara dan moneter sangat tercipta oleh downside risk atau risiko yang besar dari perekonomian global,” ungkap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kinerja dan KiTa (KiTa), di Aula Mezzanine, Kompleks Kementerian Keuangan, Jakarta—yang juga disiarkan secara virtual, dikutip Pajak.com, (28/4).

Ia menjelaskan, risiko tersebut salah satunya muncul dari eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah serta Ukraina. Kemudian, kondisi ekonomi AS dengan Fed Fund Rate yang masih bertahan secara higher for longer juga menimbulkan gejolak di pasar modal, pasar uang, dan arus modal—termasuk nilai tukar.

Baca Juga  PropertyGuru Indonesia Property Awards 2024 Perkenalkan Kategori Baru 

“Dengan kondisi itu kondisi capital outflow terjadi di semua negara, baik negara berkembang maupun negara maju, selain AS. Ini memengaruhi dollar AS index yang menguat. Nilai tukar mata uang yang lainnya menjadi lebih lemah atau terkoreksi. Sehingga suku bunga lebih tinggi dan capital outflow dan nilai tukar menjadi fokus pembahasan yang sangat besar,” ujar Sri Mulyani.

Ia pun menceritakan bahwa banyak negara G20 maupun negara-negara berkembang mengalami situasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tidak baik. Hal tersebut terjadi karena tingginya defisit dan rasio utang akibat pandemi ditambah berbagai kebijakan negara masing-masing.

“Sehingga, situasi nilai tukar yang terkoreksi dalam ditambah suku bunga tinggi sangat memberatkan kekuatan fiskal mereka. Cost of borrowing mereka meningkat, ini yang tentu menjadi tema yang menyerap perhatian terbesar dari menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral,” tambah Sri Mulyani.

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia juga aktif berperan untuk memberikan pandangan terutama dengan perubahan yang terjadi di lembaga multilateral, seperti World Bank dan IMF. Menurut Sri Mulyani, kebutuhan untuk melakukan berbagai penyesuaian menjadi sesuatu yang perlu untuk direspons oleh lembaga tersebut.

Baca Juga  Menlu Retno: Indonesia Diplomasi Redakan Ketegangan Iran dan Israel

“Di dalam reform ini fokusnya adalah capacity to finance atau to lend dari lembaga-lembaga itu, khususnya bagi negara-negara yang mengalami dampak negatif dan membutuhkan pembiayaan. Kita terus menyuarakan agar reformasi di multilateral institusi ini harus bisa menjawab tantangan kini dan ke depan, entah itu tantangan di bidang climate change, kemudian lingkungan environment geopolitik yang menyebabkan dampak tadi dan juga adanya kondisi dari negara-negara emerging dan negara-negara berkembang yang tertekan oleh cost of borrowing tinggi,” ungkap Sri Mulyani.

Dalam pertemuan G20 terutama untuk isu perubahan iklim dan penguatan MDB. Indonesia memberikan banyak sekali sumbangan pemikiran dan pengalaman di forum yang sangat prestisius tersebut. Pada pertemuan tersebut Sri Mulyani mewakili Indonesia juga menyampaikan perkembangan pelaksanaan program Just Energy Transition Partnership (JETP).

“Ini karena Indonesia bersama dengan Afrika Selatan dan negara-negara lain, seperti Vietnam memiliki program JETP dan menjadi fokus perhatian juga transisi energi di Indonesia yang perlu untuk kita kelola karena implikasi dari sisi pembiayaan cukup besar dan signifikan namun itu penting,” ujarnya.

Baca Juga  Apa itu STNK: Definisi, Istilah, Hingga Syarat Pengurusan

Langkah Indonesia untuk membentuk berbagai kebijakan maupun kerangka kebijakan, seperti carbon market juga terus menjadi perhatian dunia. Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa Indonesia memberikan dukungan dan kontribusi positif untuk G20 dengan tema better, bigger, dan more effective MDBs—sebagaimana diprioritaskan dalam Presidensi G20 Brazil tahun 2024.

“Dan kita tentu terus harus berpikir keras dan bertindak cerdas di dalam rangka untuk menjaga kepentingan Indonesia, namun pada saat yang sama berkontribusi terhadap persoalan global, seperti climate change ini,” pungkas Sri Mulyani.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *