in ,

Luhut: Jangan Lambat Beri Insentif Pajak ke Investor Hilirisasi

Luhut: Jangan Lambat Beri Insentif Pajak
FOTO: Setkab RI

Luhut: Jangan Lambat Beri Insentif Pajak ke Investor Hilirisasi

Pajak.com, Jawa Timur – Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, jangan lambat beri insentif pajak untuk investor yang melaksanakan hilirisasi. Insentif pajak merupakan salah satu upaya untuk menguatkan daya saing investasi di Indonesia.

“Pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong hilirisasi industri. Untuk itu, kami pemerintah pusat maupun daerah memberikan dukungan penuh perihal percepatan perizinan dan pemberian insentif, seperti master list dan tax holiday tidak boleh terlambat,” ungkap Luhut dalam acara Groundbreaking Pembangunan Pabrik Foil Tembaga di Gresik, Jawa Timur, dikutip Pajak.com (22/6).

Ia mengapresiasi pembangunan pabrik foil tembaga Di Gresik ini karena menjadi yang pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara ini. Luhut optimistis Indonesia mampu bersaing dengan negara lain dalam mengembangkan produk hilirisasi, seperti yang sudah dilakukan di Vietnam, Meksiko, Amerika Serikat, dan Hungaria.

Baca Juga  Syarat dan Dokumen Pengajuan Perpanjangan Waktu Pelaporan SPT Badan

Foil tembaga menjadi salah satu bahan baku baterai litium. Bahan baku berupa katoda tembaga ini akan dipasok oleh smelter tembaga milik Freeport yang lokasinya berdekatan. Hal ini akan menjadi rekor tercepat pembangunan proyek-proyek tembaga di dunia, sekaligus menunjukkan reputasi investasi Indonesia,” ungkapnya.

Luhut menyebutkan, nilai investasi pabrik foil tembaga ini mencapai 860 juta dollar AS dengan kapasitas 100.000 ton. Pabrik ini ditargetkan dapat beroperasi komersial pada Mei 2024 atau bersamaan dengan rampungnya smelter PT Freeport Indonesia (PTFI).

“Hilirisasi tembaga harus menjadi prioritas utama karena dalam setiap mobil listrik membutuhkan 56 kilogram tembaga, tidak termasuk tembaga pada baterai listriknya. Kalau hilirisasi tembaga tidak dimulai, dipastikan suplai tembaga tidak dapat memenuhi permintaan penjualan mobil listrik dunia pada saat ini. Makanya, cadangan tembaga yang besar dan kewajiban membangun smelter akan menjadi modal Indonesia dalam menarik investasi mobil listrik,” ungkap Luhut.

Baca Juga  KP2KP dan BAZNAS Edukasi Syarat Zakat sebagai Pengurang Pajak

Pada kesempatan yang sama, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga menegaskan, hilirisasi sumber daya mineral yang diolah smelter PTFI akan menjadi pijakan bagi Indonesia untuk menjadi negara maju.

“Nilai investasi PTFI untuk proyek ini telah menyentuh 2,2 miliar dollar AS (Rp 33 triliun) per Mei 2023 dari total investasi 3 miliar dollar AS (Rp 45 triliun) dan telah menyerap 15.000 tenaga kerja Indonesia. Kita ingin Indonesia yang tidak hanya dikenal karena sumber daya alamnya saja, tapi karena produknya. Sudah terbukti, hilirisasi ini sudah mampu meningkatkan pendapatan negara. Nikel contohnya, naik dari 3,3 miliar dollar AS menjadi 30 miliar dollar AS setelah kita setop ekspor nikel dan lakukan hilirisasi,” ungkap Bahlil.

Baca Juga  Staf Ahli Menkeu Ungkap Perubahan Proses Bisnis Perpajakan pada “Core Tax”

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menambahkan, proyek smelter ini merupakan kontribusi PTFI dalam hilirisasi pertambangan, sesuai dengan fokus pemerintah Indonesia yang mendorong transformasi ekonomi.

“Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah untuk menyuplai konsentrat ke Gresik untuk dimurnikan menjadi katoda tembaga, emas batangan, dan perak batangan. Setelah beroperasi nanti, smelter ini akan mampu menghasilkan 600.000 ton tembaga, 50 ton emas, dan 210 ton perak per tahun,” ungkap Tony.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *