Tiga Agenda ASEAN untuk Jaga Stabilitas Keuangan
Pajak.com, Bali – Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) menegaskan kembali komitmen bersama untuk menjaga stabilitas dan memajukan integrasi keuangan di tengah perekonomian yang tidak menentu (uncertain). Setidaknya, ada tiga agenda ASEAN untuk menjaga stabilitas keuangan.
Sebagai informasi, pembahasan ini dilakukan dalam Forum ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) 2023 di Bali serta dihadiri oleh para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari sembilan negara ASEAN, yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam; serta perwakilan dari enam organisasi internasional, yaitu Asian Development Bank (ADB), ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), International Monetary Fund (IMF), Financial Supervisory Board (FSB), Bank for International Settlement (BIS), dan World Bank. Hasil pertemuan AFMGM akan dilaporkan ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-42 yang akan diselenggarakan pada Mei 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan, untuk menjawab tantangan global, seluruh negara anggota ASEAN harus bekerja sama secara kolaboratif dan kooperatif. Gubernur bank sentral dan menteri keuangan di ASEAN diharapkan mampu memanfaatkan keahlian dan pengalaman kolektif untuk mengembangkan kebijakan serta langkah-langkah yang mempromosikan ketahanan ekonomi, keberlanjutan, dan inklusi.
Tindakan tersebut dapat mencakup tiga agenda, pertama, ASEAN harus memiliki pemahaman yang baik tentang dinamika stabilitas makroekonomi dan keuangan global maupun regional serta mampu merumuskan bauran kebijakan yang optimal. Kedua, memperluas regional payment connectivity (RPC) di antara anggota ASEAN dengan cepat.
“Tahun lalu, di bawah Presidensi G20 Indonesia, 5 bank sentral ASEAN (Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina) telah menandatangani MoU mengenai interkonektivitas dan interoperabilitas lintas batas, penggunaan QR (quick response), pembayaran cepat, dan LCT (local currency transaction). Melalui RPC, anggota ASEAN berupaya menyediakan sistem pembayaran yang mulus, cepat, dan efisien untuk seluruh kawasan ASEAN. ASEAN juga memitigasi risiko yang dapat muncul dari digitalisasi sistem pembayaran melalui penguatan regulasi, pengawasan, adopsi standar internasional, serta perlindungan konsumen,” jelas Perry dalam keterangan tertulis, dikutip Pajak.com, (3/4).
Ketiga, memperkuat ketahanan keuangan, antara lain melalui penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan dan investasi lintas batas di kawasan ASEAN. Para menteri dan gubernur bank sentral menyetujui pernyataan bersama atau joint ministrial statement (JMS) yang berisi perkembangan, pencapaian, dan kesepakatan bersama atas agenda tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan peran penting dan strategis ASEAN sebagai pusat pertumbuhan dunia. Indonesia meyakini, ASEAN memiliki tujuan untuk menjadi suatu kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan.
“Stabilitas pertumbuhan ekonomi ASEAN telah menjadi dan akan selalu menjadi bagian dari kisah ASEAN. Untuk memastikan bahwa keberhasilan ini akan berkelanjutan, kita harus memperkuat kapasitas ASEAN dalam menghadapi berbagai tantangan yang pernah dialami di masa lalu, termasuk yang tidak kalah penting adalah menghadapi tantangan baru yang muncul saat ini, hingga tantangan dua puluh tahun ke depan,” jelas Sri Mulyani.
Pelbagai upaya bersama dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut telah terefleksikan dalam tema Keketuaan Indonesia, yaitu ASEAN Matters: Epicentrum of Growth. Sri Mulyani menjelaskan, Epicentrum of growth mencerminkan bahwa Indonesia ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional dan dunia.
“Dengan tema ini, Indonesia berharap bahwa ASEAN akan tetap relevan, strategis, dan penting bagi dunia, atau dengan kata lain ASEAN Matters. ASEAN selalu menjadi suatu titik terang dalam perekonomian dunia, di mana kawasan ini menawarkan prospek ekonomi yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan prospek ekonomi dunia,” ungkapnya.
Dengan demikian, kolaborasi dan kerja sama ASEAN yang kuat perlu dilakukan agar mampu bertahan terhadap berbagai risiko yang dapat mengancam perekonomian kawasan.
Selain itu, dalam Forum AFMGM, Indonesia berkesempatan untuk mempromosikan keragaman budaya Indonesia, salah satunya dengan menampilkan pertunjukan seni dan budaya Indonesia bagian tengah dan timur. Selain itu, delegasi ASEAN juga diarahkan untuk mengunjungi pameran usaha mikro kecil menengah (UMKM) nusantara, seperti produk berkualitas komoditas kopi.
Comments