Tantangan lainnya, lanjut Edward, adalah masih terbatasnya laporan dan studi kasus yang mengungkapkan realisasi return dan potensi risiko investasi yang biasanya dibuat oleh perusahaan atau investor.
“Karena terbatasnya data tersebut, akhirnya masih terbatas pula benchmark bagi investor untuk menilai skalabilitas investasi berdampak, sehingga anggapan bahwa investasi ini terlalu rumit dan berisiko tinggi masih beredar,” imbuhnya.
Maka dari itu, ia meminta agar startup yang fokus pada bisnis dampak sosial wajib memberikan laporan-laporan atau portofolio memutakhirkan dampak sosial atau lingkungan yang sudah dikelola.
“Untuk mendukung portofolio perusahaan, diperlukan kalkulasi impact metric yang diakui secara global seperti IRIS, agar data yang dihasilkan menunjang dan akurat. Hasil dari impact metric ini juga yang akan memengaruhi keabsahan bisnis serta meyakinkan para investor untuk menanamkan modal pada bisnis yang bersangkutan,” terangnya.
Ia pun mengatakan, bisnis social impact pada tahap awal sebaiknya fokus dengan pengukuran hasil dan dampak dari kegiatan operasional bisnis jangka pendek. Seiring bisnis semakin berkembang, saatnya startup mulai fokus dengan pelanggan. Di fase ini, menurut Edward, startup perlu konsisten menjaga dan meningkatkan kualitas produk agar bisa menggaet pasar lebih luas.
Comments