Pajak.com, Jakarta – Ajaib menjadi unicorn financial technology (fintech) pertama di Asia Tenggara setelah menggalang dana Seri B senilai 153 juta dollar AS dari DST Global. Di Indonesia, fintech investasi saham dan reksa dana ini jadi unicon ketujuh.
Ajaib juga tercatat sebagai startup fintech tercepat yang meraih status unicorn dalam sejarah di Asia Tenggara—sejak didirikan dua tahun lalu. Sepanjang tahun 2021, Ajaib mampu mengumpulkan total dana 243 juta dollar AS. Pendanaan Seri B itu dipimpin oleh DST Global (perusahaan investasi asal Tiongkok). Kemudian, diikuti oleh investor sebelumnya, Alpha JWC, Ribbit Capital, Horizons Ventures, Insignia Ventures, dan SoftBank Ventures Asia.
DST Global dan Ribbit Capital juga merupakan investor besar dalam Robinhood—fintech investasi saham di Amerika Serikat. Maka tak heran jika Ajaib sering disandingkan dengan Robinhood. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa kemajuan kapabilitas teknologi karya anak bangsa mampu bersaing dengan pasar global.
Co-Founder and CEO Ajaib Group Anderson Sumarli mengatakan, Ajaib akan menggunakan dana dari DST Global untuk merekrut talenta terbaik yang akan mengembangkan bisnisnya. Secara simultan, Ajaib bakal semakin masif melakukan kampanye edukasi untuk mengajak lebih banyak investor pemula masuk dalam ekosistem ini. Sebab berdasarkan hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2020 menyatakan, tingkat literasi keuangan di pasar modal masih relatif rendah, yaitu 4,9 persen dan tingkat inklusi hanya 1,6 persen.
“Misi kami adalah untuk menyambut investor generasi baru ke layanan keuangan modern. Indonesia masih memiliki penetrasi investor saham sebesar 1 persen. Dan perjalanan kami masih panjang untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia,” jelas Anderson.
Ajaib akan meneruskan program Generasi Saham yang telah dilakukan bersama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di 26 kota seluruh Indonesia.
“Ajaib baru-baru ini merayakan 1 juta investor ritel saham. Ini merupakan pencapaian luar biasa di negara yang hanya memiliki 2,7 juta investor saham. Padahal pertumbuhan jumlah investor ritel saham di Indonesia belum pernah secepat ini dalam sejarah Indonesia, sehingga hal itu tentu merupakan langkah awal untuk membangun kekuatan investor generasi muda Indonesia yang dapat mengubah masa depan bangsa,” kata Anderson.
Comments