in ,

Jokowi Dorong “Startup” Tangkap Peluang Lewat Teknologi

Jokowi Dorong “Startup”
FOTO: IST

Jokowi Dorong “Startup” Tangkap Peluang Lewat Teknologi

Pajak.com, Jakarta – Pandemi COVID-19 dan perang antara Rusia dan Ukraina telah mengakibatkan terjadinya krisis global, mulai dari pangan, energi, hingga finansial. Melihat hal tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dorong para pendiri perusahaan rintisan atau startup untuk menangkap peluang di tengah krisis global tersebut melalui pemanfaatan teknologi.

“Masalah krisis pangan, urusan pangan ke depan ini akan menjadi persoalan besar yang harus dipecahkan oleh teknologi. Itu adalah kesempatan, itu adalah peluang, itu adalah opportunity,” ungkapnya saat membuka BUMN Startup Day, di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, dikutip dari laman setkab.go.id pada Senin (26/09).

Ia menambahkan, saat ini porsi ekonomi digital di sektor agrikultura baru sebesar 4 persen, masih di bawah sektor fintech yang sebesar 23 persen dan retail sebesar 14 persen. Menurutnya, dalam sektor pangan terdapat tiga aspek yang bisa di sasar, yaitu produksi, distribusi, dan pemasaran.

Baca Juga  Cara Penting Identifikasi dan Lapor Penipuan Digital

“Di sini ada peluangnya semuanya, urusan distribusi ada, urusan produksinya ada, urusan pasarnya ada, peluang semuanya,” tambahnya.

Jokowi melanjutkan, terdapat beragam komoditas yang dapat dikembangkan di sektor pangan. Tidak hanya berkenaan dengan beras, contoh lainnya berupa sorgum, porang, singkong, sagu, dan lainnya.

“Sehingga, ini menjadi sebuah peluang besar dan target konsumen dari petani di ladang, dari nelayan di lautan, sampai masuk melompat ke dapurnya ibu-ibu rumah tangga. Peluangnya sangat besar sekali,” imbuhnya.

Tak hanya di sektor pangan, Jokowi juga meminta perusahaan rintisan untuk memaksimalkan peluang di sektor kesehatan, misalnya dengan pengembangan telemedisin.

“Kita ini negara dengan 17 ribu pulau, 514 kabupaten/kota, 34 provinsi, apa yang bisa kita lakukan agar kesehatan kita ini bisa melompat? Telemedisin bisa disambungkan, operasi jarak jauh bisa disambungkan dengan platform dengan aplikasi,” ujarnya.

Peluang lainnya adalah untuk pengembangan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dimana dari 65,4 juta UMKM yang ada, baru sekitar 19 juta pelaku usaha yang masuk atau onboarding ke dalam platform digital.

Baca Juga  SMF Dorong Pembiayaan Perumahan Berkelanjutan dan Pengembangan ESG

“Memang masih banyak persoalan, urusan kemasan, urusan kualitas produksi, urusan kapasitas produksi, tetapi di situ baru 19 juta yang masuk ke platform digital sehingga masih ada ruang yang sangat besar untuk bisa kita kerjakan di sana,” terangnya.

Selain itu, Jokowi juga menggarisbawahi pesatnya pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, tertinggi di Asia Tenggara. Potensi ekonomi digital di Indonesia melompat delapan kali lipat dari sekitar Rp 632 triliun di tahun 2020 menjadi Rp 4.531 triliun nanti di 2030.

Sementara itu, startup Indonesia termasuk tertinggi keenam di dunia, setelah Amerika Serikat, India, Inggris, Kanada, dan Australia. Terlebih, pengguna internet di Indonesia itu sudah mencapai 77 persen. Ia pun menekankan agar para pendiri startup memerhatikan kebutuhan pasar, mengingat mayoritas perusahaan rintisan tidak berhasil karena tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Baca Juga  Moeldoko: Penerapan Perdagangan Karbon Harus Berjalan Optimal Sebelum Oktober 2024

“80 persen sampai 90 persen startup gagal saat merintis, karena sekali lagi tidak melihat kebutuhan pasar yang ada. Berangkatnya mestinya dari kebutuhan pasar yang ada itu apa. Yang kedua juga karena kehabisan dana, ini nanti fungsinya venture capital, fungsinya BUMN (Badan Usaha Milik Negara) agar ekosistem besar yang ingin kita bangun ini bisa saling sambung sehingga semuanya terdampingi dengan baik dan bisa tidak gagal untuk masuk ke pasar-pasar, ke peluang-peluang yang ada di negara kita,” pungkasnya.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *