2 Usulan Jokowi Sebagai Panduan Asia Zero Emission Community
Pajak.com, Jepang – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Zero Emission Community (AZEC) yang digelar di Kantor Perdana Menteri (PM) Jepang, pada (18/12). Dalam pertemuan itu, Jokowi mengusulkan dua hal utama sebagai panduan AZEC.
Sebagai informasi, AZEC adalah sebuah platform untuk negara-negara Asia yang fokus pada upaya dekarbonisasi dalam menghadapi perubahan iklim. Melalui AZEC, Jepang berkomitmen membantu negara di Asia secara finansial untuk proyek energi terbarukan, penghematan energi, hidrogen, amonia, dan lain sebagainya. Bantuan tersebut disiapkan sebesar 8 miliar dollar AS hingga tahun 2030.
“Setiap negara miliki strategi transisi energi yang unik dan berbeda karena disusun sesuai kondisi nasional. Indonesia sendiri memiliki Indonesian Way of Just Energy Transition melalui pengembangan EBT (energi baru dan terbarukan) serta penguatan upaya dekarbonisasi. Indonesia sebagai negara hutan tropis terbesar ke-3 dunia telah melakukan sejumlah hal, mulai dari pengurangan emisi dengan tekan laju deforestasi, degradasi hutan, serta mengembangkan potensi mangrove untuk menyerap karbon,” ungkap Jokowi dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.com, (19/12).
Dengan demikian, dua hal utama yang diusulkan Jokowi sebagai panduan AZEC, meliputi pertama, Indonesia mendorong sinergi AZEC untuk program pendanaan dekarbonisasi yang inklusif, khususnya terkait pengembangan berbagai proyek Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS).
Kedua, terkait dukungan pendanaan inovatif. Jokowi menyebut, perkiraan kebutuhan pendanaan transisi energi ASEAN mencapai sebesar 29,4 triliun dollar AS hingga tahun 2050 mendatang. Oleh karena itu, diperlukan scaling up pendanaan berkelanjutan, sehingga transisi energi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bermanfaat bagi rakyat.
“Indonesia telah miliki berbagai pembiayaan inovatif yang kredibel seperti mekanisme transisi energi, sukuk dan obligasi hijau, serta (diluncurkannya) Bursa Karbon Indonesia). Sinergi pemerintah, swasta, dan perbankan adalah kunci dan harus jadi game changer untuk mempercepat transisi energi sehingga realisasi proyek prioritas untuk dukung inisiatif pengurangan emisi penting untuk terus didorong, seperti pembangkit listrik geothermal di Muara Laboh, waste to energy di Legok Nangka, dan pengelolaan lahan gambut di Kalimantan Tengah,” ungkapnya.
Jokowi berharap, AZEC dapat menjadi platform dengan semangat kolaborasi untuk mengambil bagian konkret dalam upaya pengurangan emisi.
Sebelumnya, Jokowi yang memimpin agenda empat KTT Perayaan 50 Tahun Hubungan Persahabatan dan Kerja Sama Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) – Jepang telah menegaskan, bahwa salah satu bentuk kemitraan yang hendak dicapai oleh ASEAN dan Jepang adalah mempercepat transisi energi.
“Jepang berperan penting membantu ASEAN mempercepat transisi energi, termasuk melalui pembentukan Asia Zero Emission Center yang telah diumumkan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Kerja Sama ASEAN – Jepang juga dapat diarahkan untuk dorong investasi dan alih teknologi rendah karbon, termasuk pengembangan program ASEAN Green Supergrid dan pemanfaatan ekonomi karbon,” tegas Jokowi.
Prioritas lainnya adalah terkait percepatan transformasi digital. Berdasarkan data, potensi ekonomi digital ASEAN sangat besar, yaitu diproyeksi mencapai 1 triliun dollar AS pada tahun 2030 mendatang dan akan terakumulasi dengan Peluncuran Ekonomi Digital ASEAN/Digital Economy Framework Agreement (DEFA) hingga 2 triliun dollar AS.
“Untuk itu, kemitraan dengan Jepang untuk up-skilling dan re-skilling SDM (sumber daya manusia) serta infrastruktur konektivitas digital harus jadi prioritas. Integrasi UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) ke ekosistem digital sangat penting dalam rangka memperluas akses pasar dan memperkuat ketahanan bisnis (UMKM). ASEAN Japan Center dapat membantu memfasilitasi transformasi tersebut,” pungkas Jokowi.
Comments