in ,

Roosmayani Effendi, Berpedoman pada Integritas dan Konsistensi

Pajak.com, Jakarta – Hampir tiga dekade Roosmayani S. Effendi atau biasa dipanggil Maya mencatatkan perjalanan kariernya pada industri perbankan. Tantangan maupun pencapaian bersanding dalam setiap jurnal-jurnal pengalamannya...

Pajak.com, Jakarta – Hampir tiga dekade Roosmayani Effendi atau biasa dipanggil Maya mencatatkan perjalanan kariernya pada industri perbankan. Tantangan maupun pencapaian bersanding dalam setiap jurnal-jurnal pengalamannya. Bagi Vice President Department Head Product Development & Advisory Custody & Trust PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, menjaga integritas dan konsistensi merupakan pedoman utamanya dalam bekerja. Memberikan pelayanan prima pada nasabah melalui inovasi, menjelma menjadi kebanggaan negeri.

Sesuai appointment, sekitar pukul 09.00 WIB, Maya menyambut tim Pajak.com di ruangannya, Grha BNI lantai 9, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Dengan batik coklat muda bercorak bunga, alumnus Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Indonesia ini mengajak kami untuk menapaktilas perjalanan karier yang dimulainya sejak tahun 1994.

“Sejak selesai kuliah, saya berkarier full time di industri perbankan hingga saat ini. Untuk bekerja di bank, menurut saya yang utama harus dipunyai adalah integritas. Di sini kita dituntut untuk jujur, dapat dipercaya, konsisten dan mempunyai komitmen. Karena tugas kita adalah mengawal aset nasabah dan menjaga reputasi bank dimana kita bekerja,” ungkap Roosmayani Effendi.

Karier pertama Roosmayani Effendi dimulai sebagai Client Services Officer, Custody and Clearing Services Department di Standard Chartered Bank (1994-1996) dengan tugas menangani nasabah kustodian global kelas dunia dan lembaga keuangan internasional lainnya.

Bank Kustodian atau unit custody merupakan sebuah fungsi di dalam sebuah bank, yang memberikan layanan penatausahaan  aset-aset nasabah berupa surat berharga, meliputi saham, obligasi, Surat Utang Negara (SUN), dan instrumen keuangan lainnya,” jelas  pemegang sertifikat Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR)  Level 1-4 ini.

Kemampuan serta keteguhan prinsipnya dalam bekerja membuat Roosmayani Effendi dipercaya sebagai Client Services Assistant Manager, Custody and Clearing Services Department mulai tahun 1997.

“Di sini saya belajar banyak mengenai dasar-dasar perbankan dan industri pasar modal. Saya juga mendapatkan berbagai pelatihan untuk pelayanan nasabah. Saya kebanyakan ditempatkan di unit custody, namun saya juga pernah ditugaskan di unit corporate banking. Di custody saya mengurus nasabah asing, yaitu global custodian dengan aset besar di industri pasar modal Indonesia,” kenangnya.

Pengalaman tersebut membuka jalan bagi Roosmayani Effendi untuk mengembangkan team client services di Deutsche Bank mulai tahun 2000. Sebagai Head of Client Services Domestic Custody Services, ia memimpin team dengan kelolaan nasabah lokal, seperti manajer investasi dan asing (global custodian).

Lima tahun berselang, Roosmayani Effendi menerima peluang untuk memimpin unit custody Bank Danamon Indonesia pada tahun 2005.

“Di sini saya belajar lebih banyak dalam hal team management dan aspek finansialnya, di mana saya bertanggung jawab atas tim bisnis dan operasional dari unit custody,” kenangnya.

Konsistensi dan integritasnya, membuat Maya dipercaya menerima amanah sebagai Head of Payments and Cash Services PT Bank ANZ Indonesia pada tahun 2010.  Di sini, ia memimpin team payment and cash services yang memberikan support sebagai middle office untuk cash management business.

“Saya bertanggung jawab atas team customer on-boarding, client services, dan call center untuk institutional customers,” kata Maya.

Melabuhkan hati di BNI

Setelah mengarungi rupa-rupa jabatan dan tanggung jawab, akhirnya Maya  melabuhkan hati di BNI mulai tahun 2013 dan memimpin custody business team yang bertanggung jawab atas tim product and sales. Kala itu, perempuan kelahiran 25 November 1968 ini memulai tugasnya di BNI dengan membentuk Custodial Services Sales and Product unit di divisi Transaction Banking.

Baca Juga  Yunianto Kurniawan, “Passion” Bantu Wajib Pajak Jawab Kompleksitas Pajak

Maya bangga dan merasa bersyukur mendapat kesempatan bekerja di bank pertama yang lahir setelah kemerdekaan ini (5 Juli 1946). Hal ini membuat jiwa nasionalismenya bersemi dan memantik semangatnya untuk berkontribusi kepada negeri.

“Selama 10 tahun bekerja di BNI, porsi terbanyak adalah sebagai Department Head Custody and Trust. BNI sebagai bank kustodian menyediakan layanan terkait penyimpanan dan pengelolaan aset keuangan termasuk surat berharga. Saya bertanggung jawab atas aspek product development and sales advisory. Tugas utama saya adalah pencapaian target fee based income dan asset under custody, di mana saya juga melakukan monitoring sebagai bank kustodian untuk kepatuhan atas regulasi, pengelolaan risiko, kebutuhan teknologi, pelaksanaan transaksi yang smooth, dan yang utama adalah pelayanan kepada nasabah,” ungkap Maya.

Sebagai informasi, BNI pertama kali mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1996, serta memperoleh izin sebagai bank kustodian berdasarkan Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan KEP-162/PM/1991.

Selama berkarier di BNI,  ia juga mendapat kesempatan mengemban tugas tambahan untuk memimpin tim Non-Bank Financial Institution, Japan Desk, dan Supply Chain Financing untuk waktu yang berbeda-beda.

“Sebelumnya saya pernah berada di bawah divisi Syndication and Corporate Solution dan divisi Transaction Banking. Saat ini saya berada di bawah divisi International Banking and Financial Institution,” ujar Maya.

Ia bersyukur mendapat pengalaman bekerja di salah satu bank besar Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kini BNI juga memiliki beberapa cabang di luar negeri dengan mencatatkan total nilai aset sebesar Rp 967,52 triliun hingga pertengahan 2023.

“Saya bangga sekali dapat menjadi bagian dari BNI. Tingkat persaingan di industri perbankan merupakan tantangan tersendiri, karenanya bank harus agile dalam berinovasi menciptakan produk yang menarik untuk nasabah, walaupun bank dalam kondisi dibatasi dengan peraturan yang sangat ketat di Indonesia—harus sesuai dengan koridor peraturan yang berlaku. Di sisi lain, di BNI kami berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk nasabah,” ujar Maya.

Ia memetakan, bisnis bank kustodian mempunyai titik berat pada inovasi sistem yang di dalamnya terdapat kebutuhan untuk mengintegrasikan jaringan BNI dengan jaringan terkait di industri pasar modal, sehingga bermuara pada layanan excellent pada nasabah. Digitalisasi adalah inovasi yang mengandung unsur kemudahan namun ketat akan pengamanan data.

“Untuk layanan bank kustodian di BNI, kami telah melakukan pergantian sistem dan berbagai penyesuaian untuk dapat memberikan layanan yang terbaik bagi nasabah kami. Selain terus mencari peluang nasabah baru, kami juga sangat fokus pada nasabah existing, harapannya nasabah tersebut akan terus menggunakan BNI dan menambah portofolionya, sehingga kami berkesempatan untuk tumbuh bersama nasabah kami,” ujar Maya.

Menurutnya, perubahan merupakan sebuah keniscayaan. Oleh karena itu, Maya mendukung penuh reformasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melalui Pembaruan Sistem Inti Perpajakan (PSIAP) atau core tax.

Baca Juga  Ahdianto, Teknik Kimia Jadi Bekal Diagnostik Atasi Sengketa Pajak dan Kepabeanan

“Sudah saatnya kita mempunyai sistem terintegrasi dalam hal pajak, supaya kita sejajar dengan negara-negara maju. Berharap ini akan terimplementasi tahun depan. Dan saya rasa, perbankan punya peran yang penting dalam kebijakan ini. Karena beberapa aspek (perpajakan) akan terkait dengan perbankan, meliputi pemotongan, pembayaran, pengembalian pajak melalui bank, dokumentasi dan pelaporan keuangan,” ujarnya.

Maya memiliki perspektif bahwa manifestasi dari konsistensi sebuah lembaga adalah terus berupaya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Perubahan dilakukan demi merespons dinamika zaman sehingga mampu mewujudkan visi dan misi institusi.

Kiat dalam bekerja 

Nilai senada juga menghiasi catatan karier Maya. Ia tetap konsisten menjalani profesi banker meski memerlukan petualangan dari satu bank ke bank lain. Pelbagai dinamika pun ditempuh, bagaimana melakukan set-up atau re-set-up team, dari aktivitas operasional dengan volume bisnis minimal menjadi aktivitas yang berkembang. Untuk itu, Maya berupaya menerapkan sistem bekerja secara work smart, bekerja cepat namun optimal dan efektif.

“Dengan berjalannya waktu saya menemukan cara-cara bahwa ternyata saya bisa bekerja secara cepat namun nyaman buat saya, yaitu dengan melakukan perencanaan, pendekatan bekerja secara lebih efisien atau smart dengan cara melakukan strategi prioritas. Tak lupa konsistensi dan ketekunan dilakukan dengan niat, fokus pada target apa yang mau dicapai. Maka, penting untuk mengerti apa dan bagaimana pekerjaan kita,” ujarnya.

Hal yang turut ia pedomani dalam bekerja adalah perihal kesabaran. Dengan kesabaran, pekerjaan akan dikerjakan dengan lebih hati-hati dan teliti. Padukan pula semua itu dengan mantra ‘tiada yang tidak bisa dilakukan’.

Secara parsial, penting bagi Maya menjaga keharmonisan hubungan relasi di tempat kerja. Ia berupaya menerapkan pola komunikasi 360 derajat, baik dengan atasan, peers, maupun bawahan. Baginya, kantor merupakan keluarga kedua yang sangat perlu dijaga harmonisasi dalam berkomunikasi.

“Hal yang menarik buat saya adalah komunikasi dengan bawahan atau team kita. Luangkan waktu mendengarkan masukan atau concern dari mereka. Karena saya juga bisa belajar banyak dari mereka. Mereka ini seperti keluarga kedua saya, karena sehari-hari ketemu dan berkegiatan bersama di kantor,” kata Maya.

Kiat ini seirama dengan prinsip hidupnya, be kind—membawa kebaikan bagi banyak orang, terutama keluarga, teman, lingkungan di kantor, dan sekitar kita.

“Saya lihat hampir setiap orang  punya masalah, perhatian, dan kebaikan hati akan menjadi penetralisir dalam hal berhubungan dengan siapapun,” kata Maya.

Bisa jadi racikan kiat serta prinsip itulah yang membuat Maya dan tim berhasil meningkatkan fee based income BNI, didasari oleh peningkatan asset under custody dari tahun ke tahun.

“Ini merupakan prestasi yang patut disyukuri, semua prestasi adalah hasil team work yang bekerja secara strategis dan berkesinambungan,” ujarnya.

Demi menjaga performa kinerja, pencinta traveling ini berupaya menjalankan work life balance dengan tetap menjalani beragam hobi, diantaranya mendengarkan musik, menonton film, membaca, dan lainnya. Kemudian, mengamati atau observasi atas segala hal untuk menambah khazanah pun jangan terlewatkan, baik terkait pekerjaan, kesehatan, dan pendidikan anak.

“Saya juga mencoba bersosialisasi, ngobrol dengan siapapun yang kita temui. Dengan berjalannya waktu, saya belajar untuk lebih banyak mendengarkan daripada saya yang banyak bicara. Dari situ kita bisa memahami, akhirnya berupaya memberikan pelayanan yang terbaik untuk nasabah-nasabah,” ungkap Maya.

Baca Juga  Yunianto Kurniawan, “Passion” Bantu Wajib Pajak Jawab Kompleksitas Pajak

Jadi Ketua ABKI

Catatan prestasi turut diukir ketika Maya mengemban amanah sebagai Ketua Asosiasi Bank Kustodian Indonesia (ABKI) periode tahun 2018 hingga 2021—setelah sebelumnya menjadi pengurus sejak tahun 2005. Bagi Maya, berkecimpung di dunia bank kustodian, ABKI menjadi sarana komunikasi yang efektif bagi penguatan ekositem perbankan dan pasar modal, seperti dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT (KPEI), PT (KSEI), hingga DJP maupun unit vertikalnya.

“Program utama ABKI adalah menjaga kepatuhan atas peraturan regulator, membantu pengembangan pasar untuk custody and fund services serta edukasi. Saat menjabat sebagai ketua ABKI, saya dibantu oleh teman-teman pengurus lain yang andal sekali di bidang bank kustodian, mereka berasal dari berbagai bank baik asing maupun lokal. Kami kompak dan solid, walaupun sebenarnya secara bisnis kami saling berkompetisi, namun kami melihat ada kepentingan yang lebih besar, yaitu untuk mengembangkan industri bank kustodian dan pasar modal secara umum. Di ABKI, kami dituntut untuk melakukan proteksi atas nasabah yang merupakan investor di pasar modal Indonesia,” ungkap Maya.

Ia memastikan, ABKI mendukung penuh program dari regulator, diantaranya berpartisipasi pada pengembangan industri pengelolaan investasi, peningkatan mekanisme transaksi bursa efek dari T+3 menjadi T+2 settlement cycle, berbagai diskusi atas pengembangan sistem di lingkungan pasar modal, menyelenggarakan pelatihan, studi banding, dan lain sebagainya.

Saat menakhodai ABKI, organisasi ini juga mendukung peluncuran reksa dana multi share class, yaitu sebuah konsep baru dalam investasi industri reksa dana. Adapun reksa dana adalah sebuah wadah investasi kolektif dari sejumlah investor yang dananya dikumpulkan dan dikelola oleh sebuah perusahaan manajer investasi profesional yang mendapat izin dari OJK. Kemudian, dana yang terkumpul akan digunakan untuk membeli berbagai aset keuangan, seperti saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya tergantung tujuan investasi reksa dana tersebut.

“Multishare class adalah penawaran berbagai jenis saham (share class) dalam sebuah reksa dana yang sama, namun dapat mempunyai karakteristik dan biaya yang berbeda. Tujuannya adalah untuk memberikan keuntungan optimal bagi investor reksa dana karena ada penghematan biaya administrasi yang dapat dilakukan,” jelas Maya.

Dengan kekayaan pengalaman dalam bekerja maupun berorganisasi, perempuan pencinta olahraga Yoga ini tertarik menjadi trainer di bidang perbankan. Dalam beberapa tahun terakhir, ia memberikan berbagai training terkait bisnis custody, client services,  soft skills for bankers, dan lain sebagainya.

“Selama di BNI dan bank sebelumnya saya sebetulnya sudah aktif menjadi pengajar management trainee atau officer development program, dan lain-lain. Sesekali diundang jadi pembicara terkait bisnis custody, financial planning, dan soft skills,” pungkas Maya.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *