Realisasi Investasi Kuartal III-2022 Rp 892,4 T
Pajak.com, Jakarta – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan, realisasi investasi hingga akhir September 2022 atau kuartal III-2022 sebesar Rp 892,4 triliun atau telah mencapai 74,4 persen dari target Rp 1.200 triliun. Ia menegaskan, target investasi sebesar Rp 1.200 triliun ini merupakan instruksi khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Kalau kita lihat per bulan, per September (2022), realisasi investasinya mencapai Rp 306,8 triliun. Ini tumbuh 1,9 persen (dibandingkan bulan sebelumnya) dan secara tahunan (tumbuh) 42,1 persen dengan total penyerapan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) 325.575 orang. Insyaallah, target Rp 1.200 triliun bisa dicapai. Artinya, pada Desember mendatang akan terbuka lapangan kerja bagi 965.122 TKI,” kata Bahlil dalam Konferensi Pers Rilis Data Realisasi Investasi Triwulan III, di Kantor Kementerian Investasi (Kemenves)/BKPM, yang juga disiarkan secara virtual, (25/10).
Ia mengelaborasi, pada kuartal III-2022, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat sebesar Rp 168,9 triliun atau 54,9 persen. Capaian PMA ini lebih besar dibandingkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yaitu senilai Rp 138,9 triliun atau 45,1 persen.
Adapun realisasi investasi PMA masih dimoninasi oleh Singapura sebesar 3,8 miliar dollar AS; Republik Rakyat Tiongkok (RRT) 1,6 miliar dollar AS; Jepang 1 miliar dollar AS; Hong Kong RRT 1 miliar dollar AS; dan Malaysia sebesar 900 juta dollar AS.
“Namun, jika dilihat dalam peringkat 10 besar, Amerika Serikat, Korea Selatan, Belanda, Bermuda, dan Inggris juga termasuk dalam realisasi investasi tertinggi. Pemerataan terhadap kecenderungan negara-negara melakukan realisasi investasi di Indonesia semakin paten. Hal ini tidak terlepas dari Undang-Undang Cipta Kerja yang memberikan rasa optimistis dan keyakinan bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia,” ungkap Bahlil.
Sementara, dilihat dari penyebaran realisasi investasinya, sebesar Rp 166,3 triliun atau 54 persen berada di luar Jawa dan Rp 141,5 triliun berada di Jawa. Secara lebih rinci, kontribusi terbesar realisasi investasi dari provinsi di luar Jawa, yaitu berada di Riau Rp 27,5 triliun dan Sulawesi Tengah Rp 24,3 triliun. Sementara, di Jawa, provinsi dengan realisasi terbesar ada di Jawa Barat Rp 44,9 triliun, DKI Jakarta Rp 28,4 triliun, dan Jawa Timur Rp 25,9 triliun.
“Capaian ini telah sesuai dengan permintaan Bapak Presiden Jokowi yang berharap terciptanya investasi yang berkualitas. Maksudnya, investasi yang seimbang antara Jawa dan luar Jawa. Jangan membangun Indonesia Jawa sentris, tapi Indonesia sentris. Kementerian Investasi/BKPM dalam menerjemahkan arahan presiden adalah di luar Jawa sekarang sudah mencapai 54 persen atau Rp 166,3 triliun tumbuh 47,9 persen,” jelas Bahlil.
Kemudian, sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya mendominasi capaian realisasi investasi pada kuartal III-2022, yakni sebesar Rp 44 triliun; diikuti oleh sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp 32,5 triliun; perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Rp 28,9 triliun; pertambangan Rp 28,3 triliun; dan listrik, gas, dan air Rp 27,3 triliun.
“Di sini konsisten sekali bahwa kita tidak fokus lagi di sektor jasa, tapi kita sedang membangun hilirisasi. Data ini semakin membangun optimisme ke depan, bagi pembangunan ekonomi nasional,” jelas Bahlil.
Berdasarkan data Kemenves/BKPM, dari tahun 2019 sampai September 2022, perkembangan realisasi investasi di sektor sekunder terus mengalami peningkatan. Realisasi investasi sektor sekunder pada tahun 2019 tercatat sebesar Rp 216 triliun; kemudian naik di 2020 menjadi Rp 272,9 triliun; Rp 325,4 triliun di 2021; dan sepanjang Januari-September 2022 tercatat sebesar Rp 365,2 triliun. Bahlil menegaskan, investasi di sektor skunder mengalami peningkatan mencapai 50,6 persen.
Menurutnya, realisasi investasi pada kuartal III-2022 ini merupakan capaian yang patut disyukuri oleh Indonesia. Mengingat saat ini dunia tengah mengalami ketidakpastian ekonomi global. Banyak negara di dunia yang sedang mengalami krisis energi maupun pangan sebagai dampak dari konflk geopolitik Rusia dan Ukraina.
“Indonesia tetap harus bersyukur dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sangat baik saat ini dibandingkan dengan negara-negara G20 lainnya. Kita tahu bahwa ekonomi global sangat menghantui perkembangan ekonomi di semua negara, termasuk Indonesia. Saya ingin menyampaikan bahwa sekalipun kondisi ekonomi global tidak menentu, saya bilang gelap, tapi secercah harapan untuk investasi agak terang,” ujar Bahlil.
Comments