in ,

Mirae Asset: Saham Cuan Akibat Kemarau El Nino dan Kenaikan CPO

Mirae Asset: Saham Cuan Akibat Kemarau El Nino
FOTO: IST

Mirae Asset: Saham Cuan Akibat Kemarau El Nino dan Kenaikan CPO

Pajak.com, Jakarta – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia (Mirae Asset) menganalisis beberapa saham yang diproyeksi cuan akibat dampak musim kemarau berkepanjangan (El Nino) dan naiknya harga crude palm Oil (CPO).

Research Analyst Mirae Asset Rizkia Darmawan mengungkapkan, El Nino diprediksi akan menekan kinerja operasional perkebunan sawit. Namun, terhambatnya produksi akan membuat harga minyak sawit mentah dunia berpotensi terangkat karena penurunan produksi tersebut.

“Fenomena El Nino memengaruhi permintaan minyak nabati dunia, salah satunya CPO karena produksinya atau suplainya turun di tingkat global dan kemudian mendongkrak harga komoditas tersebut di pasaran,” jelas Darma dalam Media Day: September 2023, dikutip Pajak.com (17/9).

Ia mencatat, harga CPO sudah naik menjadi di kisaran RM3.800/ton sejak Juni 2023 hingga beberapa hari terakhir. Sejak awal tahun 2023, rata-rata harga CPO berada pada kisaran RM3.900/ton dan sudah turun sekitar 12 persen, kemudian semakin hingga kisaran RM3.300/ton pada Juni 2023, tetapi kembali naik hingga awal September 2023.

“Faktor lain, adalah masih lebih rendahnya harga CPO dibanding harga minyak nabati lainnya, seperti minyak rapa (rapeseed), minyak kacang kedelai, dan minyak biji matahari sehingga ada kemungkinan permintaan atas CPO juga akan meningkat. Sebagian besar emiten CPO, akan menerima dampak positif dari kenaikan harga komoditas yang masuk ke dalam kategori bahan makanan (soft commodity) itu,” jelas Darma.

Baca Juga  Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Investasi Tanah

Dengan demikian, dampak El Nino diprediksi masih akan terjadi dan membuat harga CPO kembali naik hingga akhir tahun 2023—tetapi sangat kecil kemungkinan akan kembali ke atas level RM4.600/ton (sekitar 1.000/ton) seperti pada tahun 2021-2022.

“Meskipun demikian, ada beberapa risiko terhadap prediksi kenaikan harga komoditas CPO, yaitu besaran produksi yang akan terganggu karena efek cuaca El Nino serta faktor kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga minyak goreng domestik di tengah kenaikan harga CPO global,” jelas Darma.

Efek dari kenaikan harga CPO juga akan terjadi pada beberapa saham yang menjadi lingkup riset Mirae Asset. Beberapa emiten yang tersebut, yaitu:

  • PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Rekomendasi trading buy Rp 1.180 untuk 12 bulan ke depan;
  • PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Rekomendasi hold dengan Rp 8.250; dan
  • PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS). Rekomendasi hold Rp 164.

Di sisi sektor komoditas tambang dan energi (metal and mining commodity), Darma menganalisis, kinerja keuangan perusahaan di industri batu bara relatif akan impas terhadap dampak dari El Nino. Sementara, kinerja perusahaan di industri nikel akan lebih diuntungkan untuk rentang jangka panjang.

Baca Juga  Jokowi Terima Kunjungan CEO Apple, Ini yang Dibahas

“Secara jangka panjang, produsen nikel dan industri terkaitnya akan diuntungkan dari strategi hilirisasi (downstreaming) Indonesia terutama terkait dengan industri kendaraan listrik yang sangat tergantung dari baterai, di mana nikel merupakan bahan baku utama untuk baterai yang bagus,” jelas Darma.

Emiten batu bara diprediksi akan mengalami peningkatan produksi tetapi di saat yang sama akan mengalami penurunan kinerja keuangan karena pelemahan harga Si Emas Hitam di dunia tersebut.

Senior Economist Mirae Asset Rully Arya menambahkan, peningkatan harga komoditas dunia termasuk CPO dan minyak dunia berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi global. Hal ini juga akan sangat berdampak kepada negara-negara maju yang saat ini masih berusaha untuk menurunkan inflasi.

“Saat ini Indonesia menjadi salah satu negara yang dinilai sukses meredam inflasi, sedangkan pengendalian inflasi masih menjadi isu utama negara-negara maju saat ini, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan negara-negara Euro zone. Masih tingginya inflasi di masing-masing negara saat ini, yang juga dapat diperburuk oleh kenaikan harga komoditas dan minyak dunia, dapat berdampak kepada arah kebijakan moneter di negara-negara tersebut,” jelas Rully.

Ia mengatakan, Indonesia diprediksi masih dapat meredam laju inflasi pada level 5,25 persen hingga akhir tahun.

Baca Juga  Keunggulan Investasi “Green Sukuk”

“Masih terbuka kemungkinan bank sentral AS akan menaikkan kembali suku bunga kebijakan mereka. Hal ini diprediksi masih akan memicu volatilitas pasar global, yang juga akan berdampak kepada pasar finansial di Indonesia. Tekanan terhadap rupiah masih akan tetap tinggi, apalagi disertai dengan sentimen negatif terhadap emerging market. Hal ini disebabkan memburuknya kondisi ekonomi Tiongkok.

Sekilas mengulas, Mirae Asset Sekuritas merupakan salah satu kelompok usaha jasa keuangan non-bank global, yaitu Mirae Asset Financial Group yang memiliki dana kelolaan sekitar 550 miliar dollar AS atau setara Rp 8.000 triliun pada akhir tahun 2022.

Nilai modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) menunjukkan sehatnya operasional Mirae Asset, yakni sebesar Rp 1,3 triliun dalam 6 bulan terakhir dan Rp 1,4 triliun dalam setahun terakhir. Angka tersebut jauh di atas ketentuan minimal yang ditetapkan oleh peraturan dan perundang-undangan untuk perusahaan efek, yaitu Rp 25 miliar,

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *