Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. LDR bank secara tercatat 83,53 persen, dengan CAR 27,25 persen.
Likuiditas BRI Group yang memadai tak terlepas dari raihan Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI dengan total Rp 1.138,74 triliun pada akhir Desember 2021. Apabila dirinci, Tabungan mendominasi sebesar Rp 497,68 triliun, Giro tercatat sebesar Rp 220,59 triliun, dan Deposito sebesar Rp 420,48 triliun. Fokus BRI mengakselerasi kemampuan dalam menghimpun dana murah membuat rasio CASA meningkat menjadi 63,08 persen pada akhir Desember 2021, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 59,66 persen.
Menurut Sunarso, keberhasilan BRI dalam memperbaiki struktur pendanaan dan mencetak laba membuat beban bunga BRI turun sebesar 25,54 persen yoy. Ke depan, BRI pun akan terus mendorong peningkatan dana murah sebagai sumber pendanaan.
Seiring dengan peran sebagai kreator economic value, BRI juga terus menciptakan nilai tambah dari aspek sosial atau social value kepada seluruh stakeholders. Sunarso menyebut, sebagai First Mover on Sustainable Finance in Indonesia, sebesar 65,5 persen dari total kredit BRI atau setara dengan Rp 617,8 triliun disalurkan kepada aktivitas bisnis yang berkelanjutan. Angka tersebut tumbuh sebesar 12,2 persen secara yoy. Hal ini menjadikan BRI sebagai bank dengan portofolio kredit untuk bisnis yang berkelanjutan terbesar di Indonesia.
BRI juga terus mendorong inklusi dan literasi keuangan di seluruh pelosok negeri melalui AgenBRILink. Hingga akhir 2021 tercatat BRI memiliki lebih dari 500 ribu AgenBRILink di seluruh Indonesia dengan volume transaksi di sepanjang tahun 2021 mencapai Rp 1.143,81 triliun. Selain menggerakkan perekonomian dengan memberikan penghasilan kepada masyarakat, AgenBRILink juga mampu memberikan kontribusi positif terhadap kinerja perseroan, dengan penghimpunan CASA sebesar Rp 19,38 triliun dan Fee Based Income (FBI) sebesar Rp 1,34 triliun.
Comments