in ,

Jokowi: ASEAN Tidak Boleh Jadi Ajang Persaingan

Jokowi: ASEAN Tidak Boleh Jadi Ajang Persaingan
FOTO: IST

Jokowi: ASEAN Tidak Boleh Jadi Ajang Persaingan

Pajak.com, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, ASEAN tidak boleh jadi ajang persaingan. Indonesia sebagai pemegang keketuaan ASEAN di tahun 2023 berkomitmen untuk terus memperkuat persatuan dan soliditas seluruh anggota negara kawasan.

“ASEAN tidak boleh menjadi ajang persaingan, tidak boleh menjadi proksi negara manapun, dan hukum internasional harus dihormati secara konsisten. Kita, anggota ASEAN yang sedang berkembang, membutuhkan pengertian, kearifan, dukungan dari negara-negara maju, dari negara-negara tetangga kita, untuk meninggalkan pendekatan win-lose solution dan mengambil pendekatan win-win solution,” jelas Jokowi saat menerima kunjungan kehormatan para menteri luar negeri se-ASEAN dan negara mitra di Hotel Sangri-La, Jakarta Pusat, dikutip Pajak.com (15/7).

Ia berharap, kerja sama dan dukungan nyata dari para mitra dan tamu ASEAN. Indonesia meyakini, ASEAN memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan atau epicentrum of growth, baik berupa usia produktif yang melimpah, serta kekayaan alam yang juga berlimpah.

Baca Juga  Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Digital di ASEAN Diproyeksi 2 Triliun Dollar AS

“Kami, negara-negara ASEAN, negara yang sedang berkembang, butuh pengertian, butuh kearifan dan juga butuh dukungan, baik dari negara-negara maju dan negara-negara sahabat untuk meninggalkan pendekatan zero-sum dan mengambil pendekatan saling menguntungkan,” ujar Jokowi.

Ia menegaskan, Keketuaan Indonesia ASEAN akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kontribusi ASEAN bagi kejayaan Indo-Pasifik dan dunia.

“Ada sebuah pepatah di Indonesia, yaitu menang tanpo ngasorake, yang artinya kita dapat menjadi pemenang tanpa merendahkan yang lain, tanpa mengalahkan yang lain. Untuk itu, saya mengajak kita semuanya marilah kita menjadi pemenang yang terhormat, menang tanpo ngasorake,” tandas Jokowi.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengungkapkan, Indo-Pasifik sedang mengalami gejala a cold war in hot places, dengan merujuk pada perkembangan pesat teknologi, medis, dan energi terbarukan.

Baca Juga  Cara Penting Identifikasi dan Lapor Penipuan Digital

“Tetapi kita masih sangat jauh dari memastikan lingkungan yang kondusif untuk memaksimalkan potensi penuh di wilayah kita. Ketidakpercayaan dan ketidakpastian masih tetap ada. Padahal, wilayah Indo-Pasifik ini merupakan rumah bagi 60 persen penduduk dunia, dan akan menjadi kontributor terbesar pertumbuhan global selama 30 tahun ke depan,” kata Retno.

Ia juga menyoroti berbagai isu strategis lainnya, termasuk soal ketahanan pangan, dan menjadikan kawasan ASEAN sebagai wilayah bebas nuklir.

“Indonesia juga meminta Amerika Serikat untuk ikut serta menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik. Kami percaya Amerika Serikat akan terus mendukung sentralitas ASEAN dan memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan. Kolaborasi adalah satu-satunya kompas menuju arsitektur kawasan inklusif. Untuk itulah AOIP (ASEAN Outlook on Indo-Pacific) dibuat, sebagai upaya bersama, guna mendorong kerja sama konkret yang bermanfaat bagi rakyat di empat area prioritas, yaitu maritim, konektivitas, SDGs, dan ekonomi. Area kerja sama ini serupa dengan yang ada di Kemitraan Strategis Komprehensif ASEAN-AS,” jelas Retno.

Baca Juga  Jokowi: Saham Freeport Naik 61 Persen, 80 Persen Pendapatannya Masuk ke Negara

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *