in ,

CORE: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2,5-3,5 Persen

Keempat, mengakselerasi program substitusi impor untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Caranya, dengan menghemat belanja modal dan belanja barang, misalnya pada industri dengan nilai impor tinggi—industri mesin yang bernilai Rp 308 triliun, industri kimia Rp 299 triliun, industri logam Rp 242 triliun, industri elektronika Rp 231 triliun, industri makanan Rp 140 triliun, dan lain-lain.

“Total nilai impor pada tahun 2020 sebesar Rp 1.427 triliun, sekitar 88 persennya adalah industri pengolahan. Bagaimana kita menghemat yang impor agar ini bisa diolah menjadi devisa,” jelas Ina.

Kelima, melanjutkan insentif atau relaksasi bagi industri yang terkena COVID-19. Keenam, memprioritaskan belanja pemerintah pada industri yang sudah menerapkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).

Baca Juga  Balap Motor Listrik Konversi Pertama Di Dunia, PLN EV Conversion Race 2024 Seri I Berlangsung Meriah

CORE Indonesia menilai, bila pemerintah menjalankan keenam kebijakan itu, maka kapasitas produksi akan meningkat. Mengingat kapasitas produksi pada tahun 2020 belum mencapai 70 persen. Seperti diketahui, sektor industri merupakan salah satu andalan utama pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Peningkatan kapasitas produksi memiliki efek ganda terhadap perekonomian kita, akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekspor, belanja produk dalam negeri, mengurangi devisa, dan meningkatkan kemandirian bangsa,” jelas Ina.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *