in ,

Shinta Widjaja Kamdani, Tonggak Sejarah Baru APINDO

Shinta Widjaja Kamdani
FOTO: IST

Shinta Widjaja Kamdani, Tonggak Sejarah Baru APINDO

Pajak.com, Jakarta – Shinta Widjaja Kamdani resmi terpilih menjadi Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) periode 2023-2028 dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) ke-XI di Hotel JS Luwansa, Jakarta, (15/6). Terpilihnya Shinta menjadi tonggak sejarah baru, karena pertama kalinya posisi pemimpin diisi perempuan setelah 71 tahun organisasi tersebut berdiri.

“Saya merasa terhormat dengan terpilih sebagai ketua umum perempuan pertama di organisasi yang sudah berusia 71 tahun ini. Amanah ini bagi saya adalah kepercayaan sekaligus tanggung jawab besar,” kata Shinta Widjaja Kamdani.

Ia mengatakan, memulai babak kepemimpinanya, terdapat tujuh program kerja dengan empat program aksi unggulan yang akan dijalankan. Program itu tertuang dalam Roadmap Perekonomian APINDO 2024-2029 yang merangkum tiga agenda utama.

Pertama, UMKM Merdeka, yakni program pendampingan usaha yang bertujuan meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia sekaligus mempersiapkan mahasiswa memasuki dunia kerja.

Kedua, program Pengentasan Stunting. Shinta menjelaskan, APINDO akan mengalokasikan sumber daya dan dukungan kepada dunia usaha untuk program penanggulangan stunting di Indonesia demi mengantisipasi ancaman terhadap bonus demokrasi yang dapat menghambat visi Indonesia Emas 2045.  

Ketiga, Pengarusutamaan Sertifikasi HR-IR. Shinta menuturkan, program ini bertujuan untuk memastikan kompetensi tenaga bidang sumber daya manusia serta memitigasi risiko yang muncul dalam hubungan industrial.

“Selain itu, Roadmap Perekonomian APINDO 2024-2029 melanjutkan dan menyempurnakan prioritas rekomendasi kebijakan yang diusung pada periode kepemimpinan sebelumnya. Roadmap ini merangkum buah pemikiran para pelaku usaha di sejumlah sektor, studi literatur, hingga matriks kebijakan yang berisi rekomendasi kebijakan maupun tantangan yang dihadapi dunia usaha,” ujar CEO Sintesa Group ini.

Baca Juga  Kanwil DJP Jatim II Hentikan Penyidikan Pidana Pajak PT SMS

Kompetensi dan pengalaman Shinta dalam dunia bisnis tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia terlahir dari DNA keluarga pengusaha, sehingga Shinta mendapatkan pembelajaran bisnis secara langsung dari Ayahnya (Johnny Widjaja) dan Kakek (Oey Kim Tjiang). Keluarganya telah membangun perusahaan perkebunan karet bernama Tigaraksa sejak tahun 1919.

Shinta mengakui, Ayahnya telah mempersiapkannya sejak kecil untuk mengambil alih bisnis keluarga kelak. Hal yang paling utama diajarkan sejak kecil hingga remaja adalah soal kepemimpinan yang melayani.

“Nilai-nilai untuk tetap membumi dan rendah hati dan selalu memberikan kembali hasil dari kerja kerasnya kepada pegawai dan masyarakat,” kenang Shinta.

Keistimewaan dan kesempatan memimpin perusahaan keluarga, ia maknai sebagai sebuah tanggung jawab besar. Shinta harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa dirinya kapabel dan kredibel untuk meneruskan tongkat kepemimpinan perusahaan. Apalagi, ia diangkat menjadi CEO ketika perusahaan harus menghadapi krisis moneter keuangan Asia pada sekitar tahun 1997-1998.

“Saya menilai, krisis bukan sebagai kemunduran, tetapi sebagai peluang untuk perubahan,” ujar alumnus Barnard College di Columbia University New York ini.

Shinta pun mengubah nama perusahaan dari Tigaraksa menjadi Sintesa Group, yang berarti sinergi. Ia berharap, perusahaannya semakin berkembang dengan mengandalkan sinergitas semua pihak.  Pada saat yang sama, ia juga meluncurkan rencana untuk diversifikasi usaha.

“Jika sebelumnya fokus dari dari Tigaraksa berbasis pada bisnis barang konsumen jangka pendek, sekarang ini Sintesa Group lebih memilih lebih banyak lini bisnis jangka menengah dan panjang. Dalam pengembangan bisnisnya, Sintesa Group juga merambah bisnis di sektor infrastruktur dan energi,” ungkap alumnus Harvard Business School, Boston, Massachusetts, Amerika Serikat ini.

Baca Juga  Pemkab Tangerang Pasang Stiker bagi Restoran Penunggak Pajak

Di bawah nakhodanya, Sintesa Group pun semakin bertumbuh dan bergairah untuk terus berkontribusi pada tanah air melalui pelbagai proyek baru yang bersinergi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Secara simultan, Shinta juga melakukan perubahan strategi internal, seperti manajemen struktur organisasi; perubahan dari manajemen keluarga menjadi profesional, termasuk merevitalisasi tim untuk membuat perubahan semakin positif dalam tubuh Sintesa Group.

Sintesa Group menjelma sebagai perusahaan investasi strategis terkemuka yang mengelola beragam portofolio bisnis di seluruh Indonesia. Portofolio bisnis Sintesa Group terdiri dari 4 pilar bisnis dan 17 anak perusahaan, meliputi energi, consumer products, industrial products, dan properti.

Gaya kepemimpinan Shinta pun mengadopsi nilai-nilai yang diajarkan oleh sang Ayah. Ia berupaya melibatkan karyawan dalam mendiskusikan pengembangan perusahaan.

Selain itu, kiprah Shinta semakin gemilang di kancah nasional maupun global. Majalah Forbes Asia bahkan memasukkan Shinta ke dalam salah satu dari 50 Wanita Asia Paling Berpengaruh pada tahun 2012, 2013, dan 2016.

Agaknya, predikat itu tidak berlebihan. Pasalnya, Shinta terbukti berhasil memimpin sejumlah organisasi, diantaranya menjadi Deputy Chairperson of the Indonesian Chamber of Commerce and Industry Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia untuk periode 2015-2020, Wakil Ketua Umum APINDO, Presiden Dewan Bisnis Berkelanjutan Indonesia (IBCSD), Pendiri Angel Investment Network Indonesia (ANGIN), Ketua Koalisi Bisnis Indonesia tentang Pemberdayaan Perempuan, Anggota Dewan Internasional dari World Wide Fund for Nature (WWF), dan Anggota Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) Indonesia.

Baca Juga  Lapor SPT Tak Benar, Kejati DIY Sita Rp 12 Miliar dari Perusahaan Ini

Atas prestasi dan tanggung jawabnya itu, ia pun meraih beragam penghargaan, antara lain Women of Power dari Asian Business Leadership Forum (ABLF) Abu Dhabi (2012), Pengusaha Terbaik Tahun Ini untuk Asia dari Women in Leadership Forum (2013), Pengusaha Wanita Terbaik dari Asia Pacific Entrepreneurship Awards (2014), dan 30 CEO Terbaik oleh Business Indonesia Award (2015). Pada tahun 2017, Shinta pun mendapat jabatan sebagai Komandan Bintang Kutub oleh Raja Carl XVI Gustaf dari Swedia dan Komandan Ordo Leopold dari Belgia.

Pada Presidensi G20 Indonesia tahun 2022, Shinta juga resmi ditunjuk Ketua Business-20 (B20)—menggantikan Emma Marcegaglia pada presidensi B20 Italia 2021. Dalam kepemimpinannya, ia menyuarakan prinsip inklusivitas dan kesetaraan gender dalam membentuk arah pemulihan ekonomi global. Shinta mengutip, berdasarkan proyeksi World Economic Forum (WEF), pemberdayaan perempuan dalam ekonomi global dapat menghasilkan pertambahan 28 triliun dollar AS dalam pertumbuhan global.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *