in ,

“Startup” Indonesia Harus Ambil Peluang di Masa Pandemi

“Ibarat main sepak bola teknologi ini (investasi) masih di menit 15. Masih jauh. Peluangnya masih besar. Baik dari sisi yang paling penting e-commerce, maupun travel and tourism—potensi terbesar kita, fintech, healthtech, edutech” kata Pandu.

Kendati demikian, kondisi startup masih sangat tergantung dari suntikan modal investor. Kebanyakan dari bisnis ini belum bisa meraup keuntungan untuk menjalankan operasionalnya. Selaku investor, Pandu mengaku berani menanamkan modal ke startup lantaran melihat masa depan dari sisi pasarnya. Perusahaan digital juga memiliki segmentasi yang luas.

“Tapi secara garis besar memang market-nya ini potensinya sangat besar. Misalnya e-commerce, kan orang belanja masih 98 persen off-line, on-linenya masih 2 persen. Kalau kita bisa naik 10 persen aja, itu udah 5 kali lipat,” kata Komisaris Go-Jek Indonesia ini.

Baca Juga  Jokowi Terima Kunjungan CEO Apple, Ini yang Dibahas

Pandu menilai, Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara maju untuk urusan industri digital, sebut saja jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Akan tetapi, Indonesia masih memiliki ciri khas dari segi potensi pasar.

“Adaptasi Indonesia jauh lebih cepat dari AS. Karena pertama muda-muda, kedua sangat suka mobile, ketiga yang sangat suka efisiensi,” tambahnya.

Ditulis oleh

Baca Juga  Pilihan Instrumen Investasi yang Diproyeksi Tangguh di Tengah Gejolak Ekonomi

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *