in ,

Penambang Kripto Harus Gunakan Energi Baru Terbarukan

Untuk memahami penggunaan energi atau konsumsi listrik dari bitcoin, perlu dipahami pula teknologi yang digunakan untuk menambangnya, yakni blockchain. Transaksi bitcoin memiliki sistem yang terdesentralisasi. Artinya, transaksinya tidak diatur oleh otoritas apapun.

Selain itu, para penambang bitcoin harus memiliki komputer khusus untuk menyelesaikan algoritma rumit agar transaksi bitcoin bisa terjadi. Penambang bitcoin pun tak bisa mendapatkan mata uang kripto itu secara gratis. Modal yang digelontorkan untuk mendapat perangkat khusus cukup besar. Setelah menyelesaikan algoritma rumit, para penambang baru akan mendapatkan beberapa keping bitcoin. Pertimbangan mengenai konsumsi listrik bitcoin serta dampak lingkungannya sebenarnya cukup rumit.

Sebesar 75 persen proses penambangan bitcoin dilakukan di Tiongkok. Sebab, di sana harga listrik cenderung murah dan dekat dengan akses produsen perangkat keras yang dibutuhkan untuk melakukan proses penambangan. Pembangkit listrik di Tiongkok pun sebagian besar masih menggunakan batu bara. Studi yang dilakukan oleh para peneliti Tiongkok menunjukkan, jejak karbon bitcoin setara dengan yang ada di 10 kota besar.

Baca Juga  Perkuat Nilai Tukar Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *