Sementara itu, Fee Based Income atau Pendapatan Non-Bunga, di luar pendapatan fee dari global market, naik 5,2 persen menjadi Rp 818 miliar dari Rp 777 miliar pada periode tahun lalu. Hal ini karena adanya pendapatan fee yang berasal dari lini bisnis ritel dan anak perusahaan. Adapun, fee terkait global market mengalami penurunan sebesar 69,2 persen disebabkan oleh dinamika suku bunga global dan volatilitas pasar. Ini menyebabkan pendapatan fee-based turun 8,4 persen dibandingkan periode tahun lalu.
Seiring dengan peningkatan kegiatan bisnis dan perdagangan pada semester pertama 2022, total kredit bank tumbuh 8,1 persen menjadi Rp 106,81 triliun dari Rp 98,80 triliun pada periode tahun lalu. Pertumbuhan untuk semester pertama tahun 2022 merupakan yang pertama kalinya dicatat sejak awal pandemi, dan pertumbuhan tersebut dipimpin oleh segmen kredit global banking yang tumbuh 16,7 persen menjadi Rp 42,09 triliun dari Rp 36,07 triliun. Ada pun segmen kredit global banking juga tumbuh 19,4 persen secara kuartalan.
Total segmen kredit Community Financial Services (CFS) tumbuh 3,2 persen menjadi Rp 64,73 triliun dari Rp 62,73 triliun pada periode tahun lalu. Segmen kredit CFS ritel mencatat pertumbuhan sebesar 9,0 persen di seluruh segmen ritel menjadi Rp 35,95 triliun dari Rp 32,98 triliun, seiring dengan perbaikan daya beli masyarakat pada semester pertama 2022. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terus bertumbuh sebesar 8,5 persen menjadi Rp 15,65 triliun dari Rp 14,42 triliun, serta pembiayaan otomotif anak perusahaan yang juga tumbuh 10,8 persen.
Selain itu, Retail Small and Medium Enterprises (RSME) atau UMKM tumbuh 5,0 persen menjadi Rp 12,65 triliun dari Rp 12,04 triliun, didukung kondisi ekonomi yang membaik. Namun demikian, kredit CFS nonritel turun 3,3 persen karena bank mengambil langkah untuk melakukan rebalancing pada portofolio kredit nonritel serta menerapkan kendali atas penyaluran kredit agar kredit yang disalurkan memberi manfaat bagi kelangsungan usaha, serta menjaga komitmen nasabah.
Comments