in ,

WIKA Harus Jadi Pionir Penerapan ESG Industri Konstruksi

WIKA Harus Jadi Pionir Penerapan ESG Industri Konstruksi
FOTO: IST

WIKA Harus Jadi Pionir Penerapan ESG Industri Konstruksi

Pajak.com, Jakarta – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) berupaya terus menerapkan prinsip Environment, Social, and Government (ESG). Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan WIKA sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya dengan ESG Risk Rating 29,8 (medium) atau terbaik berdasarkan penilaian Sustainalytics. Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito berpandangan, WIKA harus jadi pionir dalam penerapan ESG di industri konstruksi.

“WIKA berkomitmen menerapkan kebijakan keberlanjutan dan menciptakan nilai jangka panjang melalui praktik berkelanjutan. WIKA mengintegrasikan strategi dan aktivitasnya ke dalam tanggung jawab terhadap ESG. Dengan penerapan ESG yang semakin terdepan, WIKA akan mampu menjaga kepercayaan dan meraih dukungan stakeholder terhadap setiap langkah yang diambil,” ungkap Agung dalam keterangan tertulis, dikutip Pajak.com, (14/3).

Ia mengatakan, komitmen besar WIKA dalam mengimplementasikan ESG terbukti dengan melibatkan Ketua ESG Indonesia Rhenald kasali. Selain itu, WIKA juga telah menerapkan prinsip-prinsip ESG dalam setiap aktivitas operasionalnya.

“Dengan begitu, WIKA menjadikan perusahaan sebagai perusahaan ramah lingkungan (environtmental champion company), perusahaan yang bertanggung jawab sosial (social caring company), dan perusahaan dengan tata kelola yang baik (excellent governance company),” urai Agung.

Ia menyebutkan, WIKA menerapkan ESG pada pusat kepemimpinan berbasis kearifan lokal bernama Wikasatrian. Lokasi Wikasatrian pun berada strategis di antara tiga gunung, yakni Gunung Salak, Gunung Pangrango, dan Gunung Geulis.

Baca Juga  Implikasi Inisiatif ESG dalam Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha

“Potensi unik inilah yang menjadikan Wikasatrian sebagai tempat budidaya hayati khas Jawa Barat, sekaligus tempat berinteraksi dan belajar dari segenap unsur di alam sekitarnya,” kata Agung.

Sebagai bagian dari komitmen perusahaan terhadap energi terbarukan, perusahaan telah melaksanakan berbagai proyek, diantaranya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai 1 dan 2 yang memiliki kapasitas 110 megawatt (MW), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang berkapasitas 1,5 MWp, PLTS Rooftop dan Cold Storage Solar Rooftop berkapasitas 5,6 MWp, serta konversi mesin nelayan dari diesel ke liquefied petroleum gascode (LPG).

“Berkat produktivitas penjualan tersebut, perusahaan mengalami kenaikan laba kotor di kuartal II-2023 lalu dengan angka mencapai Rp 779,04 miliar,” ungkap Agung.

Ia menambahkan, WIKA telah meraih apresiasi dan penghargaan dari berbagai lembaga kredibel di bidang lingkungan, sosial, maupun tata kelola perusahaan pada penghujung tahun 2023 lalu.

“Ini membuktikan bahwa ESG di WIKA tidak sebatas pemenuhan kewajiban etis, tetapi merupakan strategi yang integral untuk mencapai pertumbuhan bisnis yang didasarkan pada nilai-nilai keberlanjutan,” pungkas Agung.

WIKA pun mengusung visi 2030 sebagai wujud nyata dari harmonisasi aspek people, planet, profit, dan sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. WIKA berkomitmen untuk melaksanakan peran pentingnya dalam menghadirkan kualitas kehidupan yang lebih baik.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *