in ,

PGN Dekarbonisasi Industri Kelapa Sawit

PGN Dekarbonisasi Industri Kelapa Sawit
FOTO: IST

PGN Dekarbonisasi Industri Kelapa Sawit

Pajak.com, Jakarta – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tengah melakukan upaya dekarbonisasi industri kelapa sawit melalui proyek Biomethane Plant Development. Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Harry Budi Sidharta mengungkapkan, PGN sebagai Subholding Gas Pertamina membuka peluang kerja sama untuk tiga hingga empat proyek Biomethane Plant Development di Sumatera dengan total biaya proyek mencapai 20 juta dollar AS.

“Masing-masing proyeknya diproyeksikan sekitar 4 juta dollar AS hingga 5 juta dollar AS. Proyek ini akan berlokasi di Sumatera, daerah sebagian besar perkebunan kelapa sawit berada. PGN memiliki pipa gas transmisi di Sumatera, maka kami akan mengupayakan pengangkutan biometana ini menggunakan jaringan pipa gas dari Sumatera ke area Jawa dan Sumatera,” ungkap Harry dalam keterangan tertulis, dikutip Pajak.com (7/7).

Ia menjelaskan, proses ekstraksi minyak sawit mentah menghasilkan palm oil mill effluent (POME) dengan jumlah 0,5 – 0,75 m3/ton buah. Dalam proyek biometana ini, PGN akan memanfaatkan POME untuk menghasilkan biogas. Selanjutnya, melalui pengolahan lebih lanjut dari biogas, biometana kemudian dikompresi menjadi compressed natural gas (CNG) untuk didistribusikan ke pelanggan industri, rumah sakit, hotel, dan pusat perbelanjaan.

Baca Juga  Moeldoko: Penerapan Perdagangan Karbon Harus Berjalan Optimal Sebelum Oktober 2024

“Pemanfaatan biometana berpotensi untuk menggantikan bahan bakar minyak yang berasal dari fosil, sekaligus mengatasi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah cair tersebut. Selain itu, proyek ini juga merupakan diversifikasi bisnis PGN dengan menghasilkan biometana sebagai energi bersih,” ujar Harry.

Ia mengatakan, biometana memiliki karakteristik yang mirip dengan gas bumi. Biometana juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan, generator listrik dan pemanas.

“Kapasitas dari produksi biometana ini mencapai angka 432.000 million british thermal unit (MMBTU) per tahun. PGN pun akan memungkinkan pengangkutan biometana dari Sumatera ke off-taker potensial di area Jawa dan Sumatera dengan menggunakan jaringan pipa gas,” ungkap Harry.

Baca Juga  SMF Dorong Pembiayaan Perumahan Berkelanjutan dan Pengembangan ESG

PGN menargetkan, proyek Biomethane Plant Development akan selesai pada akhir tahun 2023. Harry memastikan, dengan melakukan kerja sama untuk proyek ini, partner eksternal dapat memperoleh keuntungan dari internal rate of return (IRR) dan juga jaminan permintaan oleh pelanggan.

“Biometana juga lebih baik dalam hal jejak karbon. Ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan biometana sebagai energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia,” kata Harry.

Di awal tahun 2023, PGN telah menggandeng PT Perkebunan Nusantara III (Persero) (PTPN III) sebagai Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan untuk mengakselerasi Biomethane Plant Development. PGN memastikan, proyek ini seirama dengan target pemerintah Indonesia dan komitmen BUMN dalam mengurangi emisi karbon agas tercapainya net zero emission pada tahun 2060.

Baca Juga  Airlangga Ungkap Dampak Eskalasi Konflik Iran - Israel bagi Perekonomian Nasional

Adapun total potensi biometana Indonesia sebesar 195 million standard cubic feet per day (MMSCFD) dengan area distribusi, meliputi Riau, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan. Ada beberapa pabrik kelapa sawit di Sumatera di sekitar jalur pipa gas bumi PGN, yakni Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *