in ,

InkubatorX: Riset Akselerasi Pengembangan Hilirisasi

InkubatorX: Riset Akselerasi Pengembangan Hilirisasi
FOTO: Tiga Dimensi

InkubatorX: Riset Akselerasi Pengembangan Hilirisasi

Pajak.com, Jakarta – Presiden Joko Widodo optimistis, hilirisasi sumber daya alam (SDA) akan menjadi karpet merah bagi Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah, mendorong perekonomian, dan menciptakan lapangan kerja. Namun, menurut Founder InkubatorX Muhamad Fajar Putranto, diperlukan riset/penelitian dan akselerasi pengembangan untuk mewujudkan hilirisasi dan amplifikasi nilai di Indonesia.

“Pergeseran kekuatan ekonomi global ke negara-negara berkembang akan berlanjut dalam jangka panjang. Negara, seperti India dan Vietnam, termasuk dalam negara yang mempunyai kekuatan ekonomi global. Sebenarnya, Indonesia memiliki kekuatan, mulai dari jumlah penduduk yang diproyeksikan mencapai 278,7 juta jiwa (tahun 2023) dan 318,9 juta jiwa (2040). Kemudian, Indonesia juga mempunyai kekuatan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah pertambangan, seperti bauksit dan tembaga, yang dapat meningkatkan perekonomian dan menciptakan hingga 8,8 juta lapangan kerja,” ungkap Fajar dalam Joint Conference 2023 yang digelar oleh Universitas Padjajaran (Unpad) dengan Physics Society of Indonesia (PSI), PSI Jawa Barat, Society of Powder Technology Indonesia (SPTI), Asosiasi Pendidikan Tinggi Fisika Indonesia (APTIFINDO), dan MIPANet, dikutip Pajak.com, (29/8).

Foto: Tiga Dimensi

Baca Juga  Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Nasional 5,11 Persen, Optimisme di Tengah Isu Resesi Global

Selain itu, menurutnya, hilirisasi juga akan mendorong diversifikasi ekonomi, meningkatkan kemahiran teknologi, memperkuat nilai ekspor, memberdayakan entitas lokal dan regional, memungkinkan kemajuan infrastruktur dan logistik, menumbuhkan inovasi, berkontribusi pada keberlanjutan, meningkatkan kemandirian dan keamanan ekonomi, yang bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Fajar menyebutkan, ada 21 komoditas investasi strategis dalam peta jalan hilirisasi, yakni batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, baja, perak emas, aspal buton, gas alam, minyak mentah, kelapa, karet, biofuel, log, getah pinus, udang, perikanan, rumput laut, dan garam.

“Salah satu contoh peningkatan nilai tambah yang signifikan pada mineral nikel, yaitu antara nickel pig iron (NPI) dengan nickel sulfate. NPI dengan 8-15 persen nickel content, berharga 157.79 dollar AS/mt. Sedangkan nickel sulfate (battery grade) dengan 22 persen nickel content, berharga 4,316.97 dollar AS/mt.” urainya.

Namun, Fajar berpandangan, terdapat sejumlah tantangan pengembangan hilirisasi di Indonesia, antara lain meliputi integrasi teknologi, akses dan penetrasi pasar, peningkatan keterampilan dan pelatihan tenaga kerja, pembangunan infrastruktur, optimasi rantai pasokan, kerangka peraturan dan kepatuhan, investasi dan pendanaan, penelitian dan pengembangan, kelestarian lingkungan, daya saing global, kolaborasi pemangku kepentingan, manajemen risiko dan adaptasi, menyeimbangkan faktor ekonomi dan sosial, transisi industri tradisional, serta mengelola volatilitas harga.

Baca Juga  Menlu Retno: Indonesia Diplomasi Redakan Ketegangan Iran dan Israel

“Tantangan utama hilirisasi adalah penelitian dan pengembangan teknologi. Sejatinya, pemerintah telah memberikan insentif super tax deduction untuk penelitian dan pengembangan, Pemerintah memberikan pengurangan pendapatan kotor hingga 300 persen untuk penelitian dan pengembangan di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan investasi penelitian dan pengembangan, meningkatkan daya saing industri, dan mengatasi pandemi,” jelas Fajar.

Pemberian insentif super tax deduction itu termaktub dalam Peraturan Nomor PMK-153/PMK.010/2020 tentang Pemberian Pengurangan Penghasilan Bruto Atas Kegiatan Penelitian Dan Pengembangan Tertentu Di Indonesia. Selain itu, pemberian insentif super tax deduction akan dipantau secara efektif dan terintegrasi dengan sistem Online Single Submission (OSS).

“Tujuan super tax deduction ini merangsang investasi penelitian dan pengembangan, potensi inovasi di sektor kesehatan, serta menjadi solusi ekonomi,” kata Fajar.

Menurut analisisnya, kendala penelitian dan pengembangan hilirisasi di Indonesia, diantaranya kurangnya kesadaran mengenai penelitian dan pengembangan serta potensi kekayaan intelektual.

Baca Juga  “Update” Harga BBM Pertamina Bulan Mei 2024 di Berbagai Daerah

“Seyogianya penerapan kekayaan intelektual bisa diubah dari kendala menjadi hal yang menguntungkan. Untuk itu, dibutuhkan hilirisasi riset sebagai episentrum inovasi Indonesia, mulai dari industri, inkubator, venture capital, angel investor, community, dan business association,” pungkas Fajar.

Foto: Tiga Dimensi

Upaya itu pun tengah dilakukan oleh InkubatorX. Sebagai informasi, InkubatorX merupakan ekosistem perusahaan yang bergerak dalam bidang ekonomi digital, keuangan, energi terbarukan, pangan, teknologi, dan Pendidikan.

Dalam Joint Conference 2023 ini InkubatorX memperkenalkan ekosistem InkubatorX kepada peneliti dan inventor di Indonesia maupun dunia. Salah satunya, InkubatorX kembangkan teknologi nano melalui startup bernama Nanosix.

Baca juga: 

https://www.pajak.com/ekonomi/inkubatorx-kembangkan-teknologi-nano-melalui-nanosix/.

 

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *