in ,

Festival Entrepreneur Indonesia Ke-8 Gelorakan Semangat Kewirausahaan Berkelanjutan

Festival Entrepreneur Indonesia Ke-8
FOTO: Lukman

Festival Entrepreneur Indonesia Ke-8 Gelorakan Semangat Kewirausahaan Berkelanjutan 

Pajak.com, Jakarta – Indonesia Prima dan Asosiasi Startup for Industry Indonesia (STARFINDO) menggelar Festival Entrepreneur Indonesia (FEI) ke-8 tahun 2023, di Gedung PIDI 4.0, Jakarta Barat pada (15-16/8). Festival Entrepreneur Indonesia Ke-8 digelar dengan pelbagai jenis kelas ini merupakan momentum sinergi antar-entrepreneurship enthusiast leaders dan pelaku wirausaha dalam menggelorakan semangat kewirausahaan di Indonesia secara terarah dan berkelanjutan.

Sekilas mengulas, Indonesia Prima adalah organisasi pendukung bisnis bagi para wirausaha nasional, mengakselerasi dan mengembangkannya untuk mencapai pertumbuhan optimal sehingga bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat. Sementara, STARFINDO merupakan asosiasi di bawah pengawasan Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Adapun pendirian STARFINDO diinisiasi oleh alumni dari program Startup for Industri Kemenperin.

Founder and CEO Indonesia Prima Diah Yusuf menuturkan, FEI telah tumbuh menjadi platform yang luar biasa untuk mengumpulkan para inovator, pelaku bisnis, pemimpin dari seluruh penjuru negeri bahkan dari mancanegara. FEI merupakan adalah bukti nyata bahwa semangat kewirausahaan di Indonesia terus berkembang dan bertransformasi.

“Festival Entrepreneur Indonesia selalu menjadi ajang yang penuh dengan inspirasi, pengetahuan, dan peluang. Kemudian, di tahun ini semangat kita mengambil dimensi yang lebih dalam dengan mengambil tema ‘Focus on Sustainability’. Sebab kita semua menyadari bahwa tantangan lingkungan dan sosial menjadi semakin mendesak. Sebagai pengusaha, kita memiliki tanggung jawab besar untuk mengambil langkah-langkah positif demi masa depan yang berkelanjutan,” ungkap Diah dalam sambutannya.

Ia menjelaskan, tema ‘Focus on Sustainability’ diusung dengan penuh keyakinan karena bisnis berkelanjutan bukan hanya sebuah tren, melainkan fondasi yang harus dibangun, baik menjaga kelestarian alam, masyarakat, maupun ekonomi.

“Karena kewirausahaan bukan hanya tentang menghasilkan keuntungan tetapi juga tentang menciptakan dampak positif yang langgeng dalam upaya kita untuk meraih kesuksesan. Mari kita ingat pentingnya membawa praktik bisnis yang ramah lingkungan, mendukung komunitas lokal, dan menjaga prinsip-prinsip etika dalam segala aspek bisnis kita,” ujar Diah.

Baca Juga  “Update” Harga BBM Pertamina Bulan Mei 2024 di Berbagai Daerah

Ia menyebutkan, FEI ke-8 diisi dengan 12 kelas workshop, 8 team business advisory panel, highschool business idea competitions, coaching one-on-one, exhibition, dan kurasi product go to export. Acara yang diikuti oleh sekitar 200 peserta ini melibatkan 30 pembicara, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti dari Afrika Selatan, Korea Selatan, Maroko, Malaysia, Taiwan, Kanada, Republik Rakyat Tiongkok, dan Hongkong.

“Mari kita jadikan tagar BersatuMenguat sebagai komitmen kita untuk saling mendukung, saling menginspirasi, dan saling mendorong demi mencapai tujuan besar ini. FEI ke-8 ini sebagai titik tolak untuk mengamankan masa depan yang berkelanjutan,” ujar Diah.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Usaha Mikro Kecil Menengah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (UMKM Bappenas) Ahmad Dading Gunadi mengapresiasi acara FEI ke-8 ini. Tema BersatuMenguat yang diusung juga luar biasa—memberi semangat untuk mewujudkan target rasio kewirausahaan menjadi 8 persen.

“Jumlah wirausaha kita harus meningkat, kualitasnya harus meningkat. Karena wirausaha ini profesi yang sangat mulia, mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan tenaga kerja yang nanti akan mengajak pekerja-pekerja lain untuk bergabung menjadi wirausaha, akhirnya bisa menghapuskan kemiskinan. Sebab dengan wirausaha yang banyak, orang-orang miskin juga ikut bekerja. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa pemerintah juga memerhatikan kualitas dan kuantitas kewirausahaan,” ujar Ahmad.

Kendati demikian, Bappenas menilai, ada beberapa tantangan dalam berwirausaha. Pertama, kemajuan model bisnis yang senantiasa berkembang, baik di dalam maupun di luar negeri.

“Inilah yang harus menjadi tantangan, kita bisa menguasai model bisnis baru. Kita perlu terus meningkatkan atau mengadopsi model bisnis baru. Kita tinggalkan yang konvensional dan adopsi model bisnis baru, yakni on-line atau digital,” jelas Ahmad.

Baca Juga  Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Nasional 5,11 Persen, Optimisme di Tengah Isu Resesi Global

Kedua, latar belakang pendidikan. Menurutnya, pendidikan pengusaha masih relatif rendah sehingga berpotensi memperlambat pengembangan bisnis.

“Pendidikan SMA sudah bagus atau minimal juga gelar sarjana. Minimal mereka yang pernah belajar di universitas adalah kunci sukses untuk menjadi pengusaha. Keinginan kita, pengusaha bisa lebih banyak di Indonesia, namun yang menjadi pengusaha (pendidikannya) masih rendah,” kata Ahmad.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, pemerintah telah menginisasi empat program utama, yaitu pertama Business Matching—upaya untuk menggandengkan antara calon pembeli dengan penjual.

“Nanti mereka bisa bekerja sama dalam rantai nilai atau bekerja sama secara langsung. Kita juga ingin menghubungkan pembeli, baik dalam negeri ataupun di luar negeri dengan penjual di Indonesia, dengan produk-produk di Indonesia tentunya, bukan produk-produk impor,” ujar Ahmad.

Kedua, kapasitas pembiayaan. Pemerintah terus berupaya mempermudah pengusaha mengakses kredit yang komersial, seperti dana ventura atau dana modal usaha di awal. Ketiga, penguatan sumber daya manusia (SDM) dengan pelatihan, inkubasi, serta peningkatan kapasitas pengusaha. Keempat, penguatan digitalisasi bisnis.

“Mau tidak mau kita harus masuk ke dalam situasi baru, membuat bisnis ini diproses secara digital, baik itu bahan baku, proses produksi, marketing-nya, pembiayaan, dan sebagainya harus masuk dalam proses digitalisasi. Bappenas mempunyai kewenangan untuk membuat program secara nasional. Oleh karena itu, kita ingin mendapatkan masukan dan kita mempunyai perpres (peraturan presiden) yang untuk menaungi pengembangan kewirausahaan nasional. Di dalam perpres itu akan ada beberapa beberapa tahapan pengembangan kewirausahaan,” ungkap Ahmad.

Secara simultan, Bappenas juga berencana mengintegrasikan program kewirausahaan di 28 kementerian/lembaga (K/L). Bappenas meyakini, wirausaha nasional akan mewujudkan visi Indonesia Maju.

“Kita membuat suatu ekosistem kewirausahaan, termasuk kemudahan perizinan atau event-event festival. Semua bagian dari penguatan kewirausahaan akan kita dukung,” pungkas Ahmad.

Baca Juga  Jokowi Resmikan Bandara Panua Pohuwato di Gorontalo

Head of Ecosystem Pusat Industri Digital (PIDI) 4.0 Mareta Pratiwi juga mengapresiasi terselenggaranya FEI ke-8. Terlebih tema yang diusung acara ini pun seirama dengan alasan pendirian PIDI 4.0.

Sebagai informasi, PIDI 4.0 merupakan sebuah lembaga pemerintah bagian dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri yang berada di bawah Kementerian Perindustrian. PIDI 4.0 dibangun untuk membantu industri di Indonesia bertransformasi menuju industri 4.0.

“Pada tahun 2018, Presiden Indonesia Jokowi meluncurkan ‘Making Indonesia 4.0’. Roadmap ini agar Indonesia menjadi top 10 global dengan mencapai ekspor 10 persen terhadap PDB (produk domestik bruto), meningkatkan produktivitas industri hingga dua kali lipat, dan membangun kemampuan inovasi lokal dengan meningkatkan alokasi pembiayaan R&D (research and development) mencapai 2 persen. Kemudian, kenapa kita perlu implementasi teknologi 4.0? karena penguasaan teknologi itu akan berimbas kepada economic growth. Kita juga harus meningkatkan kualitas SDM, penanggulangan pengangguran disertai dengan peningkatan job, revitalisasi industri, serta penguatan riset dan terapan,” ujar Mareta.

Ia menyebutkan, PIDI 4.0 memiliki program 4C, yakni connect, collaborate, create, serta commercialized.

“Untuk mengimplementasi ‘Making Indonesia 4.0, government’,  pemerintah akan berfokus pada sektor minuman, makanan, tekstil, pakaian jadi, otomotif, kimia, elektronik, yang semuanya itu memiliki kontribusi sebanyak 70 persen terhadap PDB,” tambah Mareta.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *