in ,

Hati-hati, Jangan Terjebak Saham ‘Gorengan’

Hati-hati, Jangan Terjebak Saham ‘Gorengan’
FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – Dalam pembukaan perdagangan saham 2021, Presiden Joko Widodo meminta regulator dan otoritas bursa untuk menghentikan praktik menggoreng-goreng saham atau lazim disebut saham gorengan.

Founder of Emtrade Ellen May menjelaskan, harga saham itu bergerak jika ada penawaran dan permintaan. Semakin besar permintaan, maka semakin cepat saham itu naik. Sebaliknya, semakin besar penawaran maka harga kian turun.

“Nah, harga saham naik kalau ada demand, siapa yang buat ini? Pasti yang punya modal besar, yang disebut dengan institusi. Institusi ini bisa jadi manajemen investasi, dana pensiun, atau siapa pun, bahkan bisa jadi market maker itu sendiri, banyak orang menyebutnya bandar,” kata Ellen, kepada Pajak.com, Sabtu petang (27/2).

Baca Juga  IMI dan Jakpro Persiapkan KEK Otomotif di Pulomas

Saham gorengan biasanya dikoleksi oleh institusi atau bandar yang sengaja menciptakan volume dan dijual ke pasar modal. Sama seperti gorengan, investasi ini tentu tidak sehat dan ciri-cirinya antara lain:

Pertama, mengalami kenaikan ekstrem selama lebih dari dua hari. Indikator ekstrem adalah naik hingga batas terbesar harian auto reject atas (ARA), yaitu 20 persen, 25 persen, atau 35 persen per hari. Biasanya kalau kondisi seperti ini BEI akan memberi peringatan kepada institusi atau bandar.

Kedua, kapitalisasi pasarnya kecil, sehingga masuk kategori saham lapis dua atau lapis tiga, namun volume dan nilai transaksi hariannya sangat tinggi dibanding perusahaan sejenis—bahkan nyaris sama dengan transaksi unggulan (blue chip). Sebagai informasi, kapitalisasi pasar adalah ukuran besarnya sebuah perusahaan yang diperoleh dari jumlah saham beredar dikalikan harga pasarnya.

Baca Juga  Zakat Fitrah: Besaran dan Cara Bayar Lewat Aplikasi BCA

Ketiga, biasanya bid dan offer tidak wajar. Bid adalah antrean beli saham di harga rendah, sedangkan offer adalah antrean jual di harga tinggi.

Untuk itu, jurus simpel agar tidak terjebak adalah perhatikan fundamental perusahaan. Jangan terkecoh dengan kinerja perusahaan yang melambat, bisa jadi ke depan saham ini akan naik seiring dengan kondisi pasar.

“Kalau memang fundamentalnya bagus secara ke depan, ada potensi meskipun sekarang ini terkoreksi—ada alasannya oke, itu kita bisa pertimbangkan,” kata Ellen.

Jurus lainnya, yaitu perhatikan penilaian dari analis saham. Semakin banyak dibuat risetnya oleh sekuritas, maka semakin bagus dan tepercaya. “Salah satu yang sering dibuat riset oleh analis misalnya Sido Muncul,” sebut Ellen.

Baca Juga  Moody’s: Indonesia Negara Layak Tujuan Investasi

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *