in ,

Australia Tawarkan Kolaborasi Penerapan Standar ESG Industri Nikel di Indonesia

Australia Tawarkan Kolaborasi Penerapan Standar ESG
FOTO: IST

Australia Tawarkan Kolaborasi Penerapan Standar ESG Industri Nikel di Indonesia 

Pajak.com, Jakarta – Asisten Menteri Perdagangan dan Manufaktur Australia Tim Ayres mengungkapkan bahwa Australia tawarkan kolaborasi penerapan standar Environmental, Social, and Governance (ESG) pada industri nikel di Indonesia.

“Australia sangat tertarik untuk mendorong standar lingkungan dan tata kelola hilirisasi mineral di Indonesia, yang menjadi salah satu syarat di negaranya agar mudah untuk memasuki pasar di seluruh dunia. Hal itulah yang akan diminta oleh pelanggan di seluruh dunia dalam hal ekspor, dan apakah kita benar-benar ingin menambah nilai ekonomi tambahan. Hal ini berarti siap dan mampu memenuhi persyaratan keberlanjutan, yaitu ESG,” ungkap Ayres dalam acara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama dengan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Jakarta, dikutip Pajak.com(29/1).

Ia menjelaskan, ESG merupakan konsep yang mengedepankan kegiatan pembangunan, investasi, atau bisnis yang berkelanjutan dengan tiga faktor, yaitu yaitu environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola).

“Dengan mengedepankan ESG, maka ke depannya pasar nikel akan menjadi sangat kuat, di tengah gencarnya produksi kendaraan listrik. ESG akan menjadi fitur yang sangat kuat bagi masa depan pasar nikel, dan Australia terlibat di tingkat bilateral untuk mendukung pekerjaan itu,” ujar Ayres.

Baca Juga  Implikasi Inisiatif ESG dalam Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha

Selain itu, ia juga menuturkan bahwa Australia telah bersinergi dengan London Metal Exchange (LME) untuk mendorong komoditas nikel dapat diperhitungkan dalam posisi kompetitif di masa depan.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, Indonesia dan Australia telah sepakat memperkuat pengembangan industri baterai kendaraan listrik serta rantai pasok mineral kritis global. Secara konkret, sinergi dilakukan dalam hal produksi nikel maupun litium. Hal ini sebagai penegasan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Australia pada pertengahan 2023 lalu.

“Pola kerja sama itu kita banyak barter nikel dan litium. Tapi tergantung kebutuhan, bisnis itu prospeknya harus menguntungkan. Seperti kita ketahui, litium merupakan mineral utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik selain nikel, mangan, dan kobalt. Pengembangan litium dari negara lain penting untuk mendorong inovasi pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik domestik. Meskipun sebagian besar bahan pembuatan ekosistem kendaraan listrik tersedia di Indonesia,” ungkap Arifin.

Sementara itu, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanti mengungkapkan, saat ini dunia menghadapi triple challenges, yakni perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan pencemaran lingkungan hidup.

Baca Juga  Definisi dan Manfaat ESG bagi Perusahaan

“Konsep ESG menjadi game changer yang dapat membantu menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan, sehat, dan seimbang, serta memberikan insentif bagi perusahaan dan industri untuk lebih bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan mereka,” pungkas Laksmi.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *