in ,

Strategi Menerapkan “Work Life Balance”

Strategi Menerapkan “Work Life Balance”
FOTO: IST

Strategi Menerapkan “Work Life Balance”

Pajak.com, Jakarta – Dalam suatu kesempatan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan urgensi merapkan work life balance dalam menjalani kehidupan. Ia mengingatkan bahwa bekerja itu merupakan kewajiban, namun membagi waktu pada hal yang disukai atau keluarga juga tidak kalah pentingnya. Namun, apa definisi dan manfaat work life balance? Bagaimana strategi menerapkan work life balance? Pajak.com akan mengulasnya untuk Anda.

Apa itu “work life balance”?

Mengutip kanal resmi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), work life balance adalah keadaan di mana seseorang bisa mengatur serta membagi waktu dan energi untuk kehidupan pekerjaan dan pribadi dengan baik.

Dengan demikian, work life balance merupakan strategi bagi individu untuk menyeimbangkan untuk urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi, seperti rekreasi, hobi, keluarga, dan urusan lainnya. Jadi, kehidupan tidak sepenuhnya tentang bekerja.

Apa manfaat “work life balance”?

  • Mengurangi stres dan burnout

Stres adalah masalah kesehatan yang paling sering dialami oleh pekerja. Jika dibiarkan, individu dapat mengalami burnout atau kelelahan secara terus-menerus yang berimplikasi pada masalah kesehatan fisik;

  • Lebih sehat secara fisik dan mental
Baca Juga  Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Kerja Sama Pemensiunan Dini Pembangkit Listrik Batu Bara

Memiliki waktu yang efektif untuk bekerja dengan baik dengan menyeimbangi olahraga, melakukan hobi, dan menjaga quality time bersama keluarga bisa membuat hidup lebih bahagia serta sehat secara fisik maupun mental;

  • Meningkatkan produktivitas kerja

Dilansir dari the happiness index.com, work life balance bisa meningkatkan produktivitas kerja. Dengan kondisi tubuh yang sehat dan bahagia, bekerja dapat lebih fokus, kreatif, produktif, serta menunjukkan performa yang baik; dan

  • Hubungan sosial menjadi lebih baik

Menurut Psychology Today, bersosialisasi dapat membuat hidup jadi lebih bahagia;

Bagaimana menerapkan “work life balance”? 

  • Atur kembali jam kerja

Untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, individu harus pandai membagi waktu dan energi untuk keduanya. Maka, strateginya bisa dilakukan dengan menuliskan to-do list setiap harinya dan mengatur kembali jam kerja. Pastikan indivisu tidak terlalu sering bekerja overtime agar bisa menyelesaikan hal lain di luar pekerjaan. Individu juga disarankan melakukan time blocking untuk menyelesaikan setiap pekerjaan dan tidak multitasking. Lakukan pekerjaan satu persatu agar hasilnya maksimal;

  • Atur prioritas pekerjaan

Agar semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik, atur prioritas pekerjaan menggunakan Matriks Eisenhower. Matriks ini membagi prioritas pekerjaan menjadi empat, yaitu:

  1.  Pekerjaan penting dan mendesak, pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan hari ini;
  2. Pekerjaan penting dan tidak mendesak, pekerjaan yang bisa dijadwalkan waktu untuk mengerjakannya setelah pekerjaan penting-mendesak selesai;
  3. Pekerjaan tidak penting dan mendesak, pekerjaan yang sifatnya mendesak namun tidak terlalu penting. Artinya, bisa didelegasikan kepada rekan kerja yang lain;
  4. Pekerjaan tidak penting dan tidak mendesak, maka hapus jenis pekerjaan ini dari daftar prioritas pekerjaan dan tidak perlu melakukannya;
  • Hindari hal yang mendistraksi saat bekerja
Baca Juga  Jaga Ekonomi Nasional, Wamenkeu Beberkan Strategi Hadapi Konflik Timur Tengah 

Jika tidak sepenuhnya fokus pada pekerjaan, maka tugas juga akan semakin lama selesai sehingga berpotensi lembur. Untuk itu, perlu menghindari hal-hal yang mendistraksi pekerjaan.

Untuk membantu fokus bekerja, individu bisa mencoba teknik Pomodoro—teknik yang mengacu pada interval waktu. Misalnya, fokus bekerja selama 25 menit, lalu istirahat selama 5 menit, dan mengulangnya selama 4 babak. Setelah 4 babak, istirahat lebih lama dari 5 menit. Namun, sejatinya tidak harus 25 menit dan 5 menit, inidvisu bisa menggunakan interval waktu yang paling sesuai dengan ritme kerja;

  • Luangkan waktu untuk diri sendiri dan keluarga

Jika setelah bekerja terlalu lelah untuk beraktivitas berat, indivisu bisa menggunakan waktu untuk menonton film, membaca buku, minum teh, olahraga, atau meditasi. Luangkan juga waktu untuk bertemu dengan keluarga atau orang-orang tersayang setelah jam kerja atau di akhir pekan;

  •  Hindari membawa pekerjaan ke rumah
Baca Juga  Sri Mulyani Serukan Upaya Kolektif Transisi Energi di Sidang Tahunan ADB

Selesaikan pekerjaan di kantor atau jam kerja. Jangan membiasakan diri membawa pekerjaan ke rumah atau bekerja di luar jam kerja; dan

  • Komunikasikan jika butuh bantuan

Bekerja terlalu lama dengan beban kerja yang menumpuk bisa menyebabkan stres dan bermuara pada burnout. Bila memungkinkan, mintalah bantuan ke rekan kerja agar beban kerja bisa terbagi secara proposional.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *