in ,

APPBI Minta Insentif Pajak Daerah yang Tetap dan Merata

Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Modern Indonesia (APRINDO) Roy Nicholas Mandey. Ia juga mengakui penjualan ritel turun selama PPKM darurat lalu dan memprediksi semakin banyak jumlah gerai ritel yang tutup ke depan.

“Jadi kalau dari statement 2020 secara indikator bahwa itu ada 5 sampai 6 toko swalayan tutup. Dan kalau 2021 setiap hari 1 sampai 2 tutup toko. Bayangkan 1 minimarket nilainya Rp 1 sampai 1,5 miliar, hypermart Rp 30 miliar sampai 35 miliar. Kita rata-rata saja dikali 1.300 (ritel) sudah berapa angkanya,” ungkap Roy.

Oleh karena itu, ia turut berharap, pemerintah bisa memberikan tambahan insentif bagi para pelaku usaha ritel, khususnya insentif pajak daerah yang merata di seluruh Wilayah Jawa dan Bali.

Baca Juga  Sri Mulyani: FMCBG di Brasil Dorong Implementasi 2 Pilar Perpajakan Internasional

“Untuk perpajakan ini sudah dijawab pemerintah (pusat) pada pekan lalu dengan perpanjangan hingga akhir Desember, itu sudah oke bagi kami,” kata Roy.

APRINDO pun ingin agar pihaknya dilibatkan dalam perumusan kebijakan, sehingga tidak terjadi perdebatan yang fundamental dan mampu mengakomodir permasalahan sektor ritel. Pemerintah harus menyadari bahwa ritel sejatinya penting bagi perekonomian nasional.

“Saat ini kegiatan usaha ritel belum dianggap prioritas, padahal sektor ritel merupakan salah satu pembentuk nilai konsumsi rumah tangga yang menyumbang 60 persen produk domestik bruto (PDB) nasional,” jelas Roy.

Ditulis oleh

Baca Juga  Airlangga: PPN Tetap Naik Jadi 12 Persen di 2025

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *