Pajak.com, Jakarta – Kebijakan pemerintah Amerika Serikat dan Tiongkok untuk melakukan pengetatan pengawasan transaksi mata uang kripto berimbas pada anjloknya sejumlah harga koin, terutama bitcoin dan dogecoin. Namun, hal itu tidak memengaruhi investor kripto di Indonesia. Tokocrypto (perusahaan penjual aset kripto) justru mencatat kenaikan 30-40 persen investor aktif di setiap pekannya.
“Industri aset kripto di Indonesia saat ini sedang tumbuh-tumbuhnya. Hal ini juga terjadi di Tokocrypto. Kenaikan weekly active trader bisa 30-40 persen. Pekan ini rata-rata sama. Daily volume trading kurang lebih 60 juta dollar AS. Terlebih milenial juga semakin mulai melirik kripto sebagai alat investasi seiring dengan berbagai edukasi dan informasi tentang industri aset kripto itu sendiri,” kata Head of Public Relations Tokocrypto Rieka Handayani kepada Pajak.com, Minggu (23/5).
Ia menganalisis, hal itu dapat terjadi karena terdapat dua jenis investor. Pertama, investor jangka pendek akan sangat terpengaruh oleh segala isu terkini. Mereka akan cenderung panik. Kedua, investor jangka panjang yang percaya terhadap teknologi blockchain akan cenderung mengambil keputusan hold asset. Mereka akan tetap membeli aset kripto, sehingga tidak terpengaruh dengan isu kebijakan otoritas dunia.
“Mohon diingat juga bahwa pada dasarnya aset kripto, contoh dalam hal ini adalah bitcoin sangat dipengaruhi oleh supply dan demand. Masyarakat global semakin banyak yang menyadari bahwa bitcoin merupakan aset investasi pelindung terlebih lagi di masa pandemi ini. Tak banyak investor kripto yang memanfaatkan momen penurunan harga bitcoin untuk masuk dan menginvestasikan dananya ke aset ini. Hal inilah yang nantinya membuat nilai bitcoin atau kripto akan bangkit, mengingat token ini akan semakin langka dengan supply-nya yang tinggal sedikit,” urai Rieka.
Comments