in ,

Nadia Ambar Shofiya, Konsultan Bisnis Multiperspektif

Nadia Ambar Shofiya
FOTO: Tiga Dimensi 

Nadia Ambar Shofiya, Konsultan Bisnis Multiperspektif

Pajak.com, Jakarta – Family Office Advisor TheTitan.Asia Nadia Ambar Shofiya bersyukur, ketertarikan serta pengalamannya sebagai konsultan bisnis kini terorkestrasi dengan ilmu perpajakan. Dengan kompetensi dan kemampuan multiperspektif itu, Nadia semakin teguh mendedikasikan diri dalam membantu pengusaha menentukan keputusan yang lebih efektif untuk bisnis yang berkelanjutan.

“Pajak ini konteksnya bisnis banget, apalagi kalau ngomongin supply chain, termasuk transaksi kita dengan vendor. Kita harus paham bagaimana seharusnya kita bayar pajak dan comply, karena kalau kita enggak tahu, bisa boros banget. Dulu waktu saya kuliah bisnis, yang dihitung hanya revenue dan COGS (cost of goods sold). Padahal, pajak itu bisa jadi porsinya lebih besar dari COGS, karena pajak bisa signifikan di dalam revenue bisnis. Inilah yang membuat saya lebih tertarik, ‘oh saya bisa bantu orang jadi jauh lebih efisien bisnisnya’. Dan, itu bisa jadi lebih reliable dari sekadar kita membenahi dengan mengurangi cost-nya,” ungkap Nadia Ambar Shofiya kepada Pajak.com, di Kantor TaxPrime, Mega Kuningan, (26/5).

Sejak mengenyam pendidikan di Program Studi Sarjana Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (ITB), Nadia sudah bercita-cita menjadi konsultan bisnis. Apalagi selama tiga tahun, ia banyak belajar mengenai general business management, finance, accounting, operation management, marketing, service business management,  dan social business management.

“Pada saat akhir-akhir menjelang lulus tahun 2021, saya lebih cenderung senang ke finance, melihat angka-angka serta yang berhubungan dengan IT (informasi dan teknologi). Pokoknya yang ribet-ribet, malah senang. Akhirnya, setelah lulus saya menjadi (staf) IT business perusahaan oil and gas milik pemerintah, selama enam bulan,” ungkap Nadia.

Baca Juga  Rizal Khoirudin, Menjunjung Integritas dan Membentuk Kepatuhan Wajib Pajak

Kemudian, ia mengembangkan kariernya di TaxPrime sebagai Business Advisory Junior Associate dan kini bergabung di tim family office TheTitan.Asia. Ia merasa, visi dan misinya sejak kuliah tak jauh berbeda dengan apa yang sedang ditekuni saat ini. Bahkan, kompetensi dan sudut pandangnya semakin komplet dengan adanya perspektif perpajakan.

Di TheTitan.Asia, Nadia bertanggung jawab membantu klien mengembangkan bisnis secara berkelanjutan, utamanya memberi analisis strategi bagi perusahaan. Instingnya dalam memahami bisnis juga semakin tajam dengan peranannya menjadi salah satu pengurus usaha keluarga di bidang properti dan kedai kopi.

“Dulu, memang sebenarnya niatnya menjadi konsultan bisnis. Memberikan advise cara mengembangkan bisnis, mau investasi ke mana, bagaimana marketing-nya. Sekarang pun mirip sebenarnya dengan konsultan bisnis, karena yang saya tangani lebih banyak ke arah finance. Tentunya, bisnis juga banyak kaitannya dengan pajak. Makanya enggak jauh banyak perbedaan lompatannya dari dulu, bahkan sekarang ditambah dari sisi pengetahuan pajaknya,” ujar Nadia.

Berdasarkan pengalamannya, tahapan pertama dalam membantu klien dimulai dari mengenal dan memahami case by case setiap individu. Nadia harus memastikan, klien yang ditangani merupakan individu yang kapabel dan berupaya untuk taat hukum.

Baca Juga  Rizal Khoirudin, Menjunjung Integritas dan Membentuk Kepatuhan Wajib Pajak

“Kita kalau ketemu klien itu pasti due diligence dulu. kita konsultan harus hobi mendengarkan, dahulukan orang lain sebelum kepentingan kita sendiri,” kata Nadia.

Kedua, memperkuat kerja sama dengan klien atau provide support ke internal tim maupun ekosistem yang ada. Kendati begitu, Nadia memastikan, semua tim bekerja secara terstruktur dan terukur.

“Kita memastikan untuk manajemen waktu dan distribusi pekerjaan menggunakan tools yang efektif. Apapun pekerjaan, harus ada tools-nya supaya terlihat mana yang urgent, mana impact paling besar. Semua itu harus bisa saya ukur sendiri. Kita harus bisa on grip-lah untuk setiap project-nya,” jelas Nadia.

Ia mengungkapkan, ada beragam klien dengan kebutuhan yang berbeda telah ditanganinya dan tim. Misalnya, bagaimana langkah yang harus diambil pengusaha ketika mendapat kewajiban perpajakan yang lebih besar di Indonesia.

“Kita juga pernah mendapat case simple, seperti perusahaan mau establish namun ada case akuisisi dan administrasi. Jadi, setiap kita dapat case itu selalu new case. Kita solve-nya by discussion. Dan, berdasarkan pengalaman selama di sini, kejujuran Wajib Pajak kita enggak pernah ada masalah, surprisingly. Kecuali orang yang belum jadi klien kita atau baru mau masuk masih ada trust yang perlu dibangun. Kalau sudah jadi klien rata-rata transparan,” ungkap Nadia.

Dalam membantu klien memecahkan masalah, Nadia bekerja pada multidivisi. Ia bertanggung jawab memberikan input dengan perspektif bisnis yang lebih komprehensif kepada beragam divisi di tempatnya bekerja.

Baca Juga  Rizal Khoirudin, Menjunjung Integritas dan Membentuk Kepatuhan Wajib Pajak

“Biasanya kalau meeting dengan para tax consultant, saya akan memberikan input yang perspektifnya berbeda. Karena biasanya kalau pajak, kita mau buat alur transaksi yang baru dalam supply chain, misalkan. Supaya pajaknya efektif. Tapi dari sisi bisnis, itu belum tentu efektif. Jadi yang di-provide bukan hanya tax advice, juga dari business advice-nya, bagaimana impact ke bisnisnya.” ungkap Nadia.

Ke depan, Nadia ingin mengembangkan TheTitan.Asia hingga skala global, khususnya membuka kantor di Singapura dan Jepang. Sebab menurutnya, dua negara itu memiliki capital exporting yang tinggi.

“Saya ingin sekali TheTitan.Asia membuka office di Singapura dan Jepang supaya environment orang yang di attract juga lebih banyak lagi. Karena di sana adalah capital exporting countries, capital orang-orangnya ditaruh di luar semua. Jadi, kita bisa tangkap di situ,” tambah Nadia.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *