Mengenal Filosofi dan Penerapan “Blue Ocean Strategy” dalam Bisnis
Pajak.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia tengah gencar menggaungkan penerapan bisnis melalui pendekatan blue ocean strategy, khususnya pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf). Sejatinya, apa itu blue ocean strategy? Nah, kali ini Pajak.com akan mengajak Anda mengenal filosofi dan penerapan blue ocean strategy dalam bisnis.
Mengutip situs blueoceanstrategy.com, blue ocean strategy merupakan upaya untuk mencapai diferensiasi dan biaya rendah secara bersamaan untuk membuka ruang pasar atau menciptakan permintaan baru. Strategi ini bertujuan menciptakan ruang pasar yang tidak ada pesaingnya.
Blue ocean strategy menekankan batasan pasar dan struktur industri yang tidak bersifat pasti, sehingga dapat direkonstruksi berdasarkan tindakan serta keyakinan para pelaku industri masing-masing.
Dalam buku berjudul Blue Ocean Strategy karya Chan Kim & Renée Mauborgne, ada istilah samudra merah dan samudra biru untuk menggambarkan dunia pasar.
Samudra merah adalah semua industri yang sudah ada saat ini. Di samudra merah, batas-batas industri ditentukan dan diterima oleh semua pihak. Aturan main persaingan juga sudah diketahui. Di sini, perusahaan selalu berusaha mengungguli kompetitor untuk meraih pangsa permintaan yang lebih besar. Ketika kompetitor semakin padat dan keuntungan menjadi berkurang, maka akan menimbulkan persaingan yang kejam atau berdarah.
Sebaliknya, samudra biru adalah industri yang belum ada saat ini—ruang pasar tidak diketahui dan tidak diramaikan oleh kompetitor. Dengan demikian, samudra biru itu menciptakan permintaan—bukan memperebutkan permintaan. Pada samudra biru, persaingan tidak relevan karena aturan mainnya menunggu ditetapkan.
Samudra biru juga dianalogikan sebagai gambaran potensi yang lebih luas dan dalam di ruang pasar. Samudra biru sangat luas, dalam, dan kuat dalam hal pertumbuhan yang menguntungkan. Contohnya, pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) atau perdagangan karbon.
Secara teori, apa saja penerapan “blue ocean strategy” dalam bisnis?
- Eliminate (menghapus) hal-hal yang tidak bernilai dari produk atau layanan. Hal ini dilakukan agar produk mampu memaksimalkan fitur yang akan diprimadonakan;
- Reduce (mengurangi) unsur-unsur yang nilainya kurang dibutuhkan, namun tetap diperlukan. Dengan begitu, bisnis akan lebih terarah sekaligus menghasilkan keuntungan yang lebih baik;
- Raise (meningkatkan) standar dan fitur yang memiliki keunggulan. Hal tersebut akan menjadi peluang atau pembeda pada produk atau layanan; dan
- Create (menciptakan) produk atau layanan baru yang belum pernah ada atau dilakukan oleh industri lainnya. Hal ini diharapkan mampu semakin memikat hati konsumen.
Bagaimana cara menerapkan “blue ocean strategy” dalam bisnis?
- Menciptakan ceruk pasar baru dengan produk atau layanan untuk memenuhi kebutuhan segmen yang belum tergapai. Dengan memasuki pasar baru, perusahaan dapat berpotensi memperoleh keuntungan yang tidak terduga dan terbatas;
- Membuat slogan yang unik dengan menggambarkan nilai bisnis. Hal ini penting untuk membangun identitas kuat bagi perusahaan; dan
- Perusahaan harus terus mengembangkan inovasi untuk meningkatkan produk, layanan, atau proses bisnis. Inovasi dapat mencakup perubahan pada desain produk, penggunaan teknologi baru, atau pendekatan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Contoh penerapan blue ocean strategy dalam bisnis:
- Gojek, yakni merek penyedia jasa ojek secara on-line. Hadirnya merek yang diciptakan oleh PT Gojek Indonesia pada tahun 2010 ini sekaligus menjadi solusi atas kemacetan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta; dan
- Wardah, yaitu merek kosmetik lokal yang fokus pada produk halal. Merek yang diciptakan oleh PT Paragon Technology and Innovation ini berhasil membangun pasar baru dengan menawarkan produk kosmetik yang sesuai pada nilai serta kepercayaan konsumen di Indonesia—yang mayoritas muslim.
Comments