in ,

Kenali Ciri-Ciri “Burnout” dalam Bekerja dan Cara Mengatasinya

Ciri-Ciri “Burnout” dalam Bekerja
FOTO: IST

Kenali Ciri-Ciri “Burnout” dalam Bekerja dan Cara Mengatasinya

Pajak.com, Jakarta – Belakangan ini burnout menjadi istilah yang populer untuk menjelaskan kondiri stres yang kronis dalam bekerja. Secara teori, apa itu burnout? Apa saja ciri-ciri burnout dalam bekerja? Dan, bagaimana cara mengatasinya? Pajak.com akan mengulasnya berdasarkan penjelasan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan para pakar yang dihimpun dari beberapa aplikasi kesehatan.

Apa itu “burnout”?

Menurut kamus psikologi American Psychological Association (APA), burnout didefinisikan sebagai kelelahan fisik, emosional atau mental, disertai dengan penurunan motivasi, dan penurunan kinerja maupun sikap negatif pada diri sendiri atau orang lain.

Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh psikolog asal Amerika Serikat Freudenberger pada tahun 1974 dalam bukunya berjudul ‘Burnout: The High Cost of High Achievement’. Awalnya, Freudenberger mendefinisikan kelelahan sebagai ketiadaan motivasi atau insentif, terutama karena pengabdian seseorang pada sesuatu mengalami kegagalan, sehingga tidak bisa menghasilkan hal yang diinginkan.

Baca Juga  Pemerintah Cabut Aturan Pembatasan Barang Bawaan Pekerja Migran

Sindrom burnout akhirnya erat dengan kondisi stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Kondisi ini dikenal juga sebagai occupational burnout atau job Burnout.

Apa saja ciri-ciri ‘burnout’? 

Berdasarkan hasil penelitian Zaragoza University di Spanyol, ciri-ciri individu mengalami burnout, antara lain:

– Selalu merasa kelelahan, tidak bisa menggerakkan otot, bahkan tidak berdaya untuk bangun dari tempat tidur. Salah satu penyebabnya adalah karyawan bekerja terlalu keras. Biasanya, karyawan tersebut memiliki beban kerja yang berlebih daripada seharusnya, sehingga rela mengorbankan kehidupan personal dan kesehatan;
– Merasa tidak kompeten yang mengarah pada kurangnya pencapaian dan produktivitas. Di sisi lain, rendahnya dukungan perusahaan untuk pengembangan kompetensi karyawan juga turut memengaruhinya;
– Membenci pekerjaan dan mudah marah. Ketidakpuasan bisa berujung pada perasaan benci terhadap pekerjaan;
– Depresi yang disebabkan oleh perasaan membenci pekerjaan dan kecemasan; dan
– Sakit kepala. Freudenberger mengungkapkan, sering sakit kepala merupakan ciri-ciri fisik dari burnout. Selanjutnya sakit kepala dapat berdampak pada masalah tidur dan kesehatan lainnya.

Baca Juga  Apa itu STNK: Definisi, Istilah, Hingga Syarat Pengurusan

Bagaimana cara mengatasi “burnout”?

  • Evaluasi pekerjaan dengan mendiskusikannya bersama atasan atau rekan kerja. Cobalah untuk menetapkan skala prioritas dan target yang rasional dalam pekerjaan;
  • Lakukan aktivitas yang menenangkan dan menyenangkan, seperti menjalani kembali hobi;
  • Olahraga secara rutin. Aktivitas fisik dapat membantu mengatasi stres dengan baik. Kegiatan ini juga dapat mengalihkan pikiran dari sesuatu yang membuat burnout;
  • Tidur yang cukup untuk memulihkan kesehatan;
  • Fokus agar memusatkan perhatian pada aliran napas, sehingga individu lebih tenang dalam menjalani tugas;
  • Bertemulah dengan orang yang bisa menginspirasi atau memotivasi;
  • Ambil cuti untuk bervakansi dengan keluarga atau sahabat;
  • Konsumsi makanan sehat;
  • Minum vitamin; dan
  • Apabila kondisi burnout yang dialami sulit untuk diatasi sendiri, akan lebih baik bila mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater.
Baca Juga  Jaga Ekonomi Nasional, Wamenkeu Beberkan Strategi Hadapi Konflik Timur Tengah 

Kemenkes menyarankan untuk tidak menyepelekan kondisi burnout karena perlahan akan mengganggu kesehatan fisik maupun mental individu.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *