in ,

Transaksi dan Investasi Digital untuk Generasi Milenial

Transaksi dan Investasi Digital untuk Generasi Milenial
FOTO: IST

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang positif dari sisi teknologi. Ini tercermin dari perkembangan teknologi digital yang begitu pesat terutama di Indonesia. Perubahan perilaku masyarakat sejak tahun lalu begitu terlihat, dimana bertransaksi secara online menjadi pilihan di tengah pembatasan mobilitas yang ditetapkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah transaksi bisnis, nah transaksi bisnis atau dikenal juga sebagai transaksi keuangan adalah segala kegiatan yang dapat diukur dengan uang dan berdampak pada posisi keuangan suatu perusahaan. Kata lain transaksi adalah kesepakatan antara pembeli dan penjual untuk menukar barang, jasa, atau aset keuangan. Sedangkan dalam dunia akuntansi dapat diartikan sebagai aktivitas bisnis apa pun yang berdampak langsung pada status finansial dan laporan keuangan bisnis. Sedangkan investasi adalah mengembangkan uang atau aset lain agar memberikan keuntungan di masa mendatang untuk mencapai tujuan tertentu.

Sekarang ini terjadi tren di transaksi pasar modal. Saat ini jumlah investor pasar modal (saham, reksa dana, obligasi) meningkat begitu tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Terutama dengan adanya aplikasi online untuk berinvestasi. Head of Digital Business Unit PT Syailendra Capital, salah satu perusahaan manajer investasi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tren ini pula yang membuat banyak platform digital investasi yang berlomba untuk menjadi super apps. Aplikasi yang di dalamnya ada seluruh kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat terutama kaum milenial. Kalau bisa kebutuhan semua orang itu ada di satu aplikasi.Tinggal satu kali klik, orang bisa berinvestasi, berbelanja, menabung, membeli asuransi dan sebaginya. Namun, salah satu caranya untuk menjadi super apps adalah platform investasi perlu bekerjasama dengan e-commerce atau marketplace.

“Jadi perlu dan harus (kolaborasi dengan marketplace). Kolaborasi akan mempercepat agar aplikasi bisa memenuhi semua kebutuhannya. Misalnya Tokopedia, dia ada produk kita di sana. Kalau ngga ada kolaborasi user Tokopedia tidak bisa berinvestasi. Sekarang user Tokopedia bisa berinvestasi di kita hanya dalam satu aplikasi itu saja,” jelasnya. “Di Indonesia perkembangan platform online cepat sekali dan ini potensi bagi kami saling kolaborasi dan saling membuat aplikasi yang lebih terintegrasi untuk memberikan solusi dan layanan kepada masyaraat dan lebih komperehensif”. Selain kolaborasi ada cara mudah dan cepat juga untuk menjadi super apps, yakni merger hingga akuisisi marketplace atau e-commerce yang memiliki banyak pengguna.

“Cara lainnya ada akuisisi dan merger. Ini juga banyak dilakukan di luar negeri. Tapi yang paling sering adalah kolaborasi,” kata dia. Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), terjadi penambahan jumlah investor sebanyak 1 juta investor saham baru sampai dengan 31 Agustus 2021. Dengan penambahan tersebut, saat ini jumlah investor saham di BEI menjadi 2.697.832 SID (single investor identification) saham dan 6,1 juta investor secara keseluruhan di pasar modal Tanah Air (termasuk reksa dana dan obligasi). SID adalah nomor identitas tunggal yang dikeluarkan oleh KSEI (Kustodian Sentral Efek) kepada investor. Seorang investor hanya memiliki satu nomor SID dan menandakan pemiliknya telah terdaftar secara resmi sebagai investor di pasar modal.

Generasi milenial atau orang yang lahir pada 1985 -1995 lebih memilih bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai atau nontunai. Dari hasil penelitian dari perusahaan riset pasar Ipsos menyebut 68 persen pengguna dompet digital atau uang elektronik adalah generasi milenial. Kaum milenial lebih memilih dompet digital karena menilai transaksi cashless atau nontunai jauh lebih praktis daripada transaksi konvensional menggunakan uang tunai. Dengan transaksi nontunai, pengguna tidak perlu lagi membawa uang tunai secara berlebihan dan proses pembayaran lebih cepat. Pengguna juga tidak perlu lagi menghitung uang tunai di dompet dan menunggu kembalian. Proses transaksi pun lebih efisien karena bisa dilakukan kapan dan di mana saja.

Bukan hanya untuk berbelanja, layanan nontunai juga memudahkan transaksi saat hendak membayar tagihan. Selain mudah, pengguna tidak perlu lagi antre apabila ingin melakukan pembayaran tagihan listrik, air, dan telepon, termasuk berbelanja. Bukan hanya efisien dan praktis, pengunaan transaksi nontunai juga banyak keuntungannya. Pasalnya, saat ini banyak merchant menawarkan potongan harga dan cashback apabila transaksi dilakukan dengan pembayaran uang elektronik. Tak hanya marchant, tidak jarang beberapa layanan uang elektronik juga menyediakan berbagai voucher belanja sehingga bisa lebih hemat.

Cegah Penyebaran Covid-19 Tidak ketinggalan, transaksi non tunai pun menjadi satu cara untuk mencegah penyebaran dan penularan Covid-19, khususnya di era kenormalan baru saat ini. Karena dengan cara ini, pengguna meminimalkan kontak fisik langsung dan tidak menggunakan uang tunai. Sebagai informasi, uang tunai dapat menjadi sumber penularan karena dipegang oleh banyak orang dan berpindah dari satu orang ke orang lain. Untuk itu, ada baiknya Anda menggunakan transaksi nontunai buat mengurangi risiko penyebaran virus melalui uang tunai. Apalagi kini, transaksi nontunai dapat dilakukan semua orang lewat genggaman tangan saja, yakni melalui smartphone. Pengguna tinggal meng-install aplikasi layanan transaksi nontunai di ponsel.

Salah satu aplikasi transaksi non tunai yang bisa menjadi pilihan untuk berbelanja di era new normal atau tantanan hidup baru adalah ShoppePay. Cindy Candiawan, Marketing Manager ShopeePay menjelaskan, di tengah situasi saat ini, Shopee sebagai perusahaan finansial berbasis teknologi memiliki peranan penting. “Hadir untuk dapat senantiasa mendukung aktivitas masyarakat Indonesia secara aman dan efektif dengan menerapkan transaksi digital,” ShopeePay sendiri menjadi layanan uang dan dompet elektronik terintegrasi di Indonesia yang ada dalam Shopee, platform e-commerce terdepan di Asia Tenggara dan Taiwan.

Cara Penggunaan Mudah.

Pertama-tama pengguna cukup mengunduh aplikasi Shopee secara gratis melalui App Store atau Google Play dan aktifkan ShopeePay. Setelah itu ikuti beberapa langkah verifikasi, maka transaksi di aplikasi Shopee sudah bisa dilakukan. Proses pembayaran bisa selesai dalam sekejap. Pengguna hanya perlu memilih dan mengetuk pilihan bayar, lalu Scan QR Code. Tidak hanya belanja online, ShopeePay juga menawarkan berbagai kemudahan transaksi offline di ribuan merchant yang sudah bekerja sama.

Nah, dengan adanya Era Modern saat ini banyak sekali Platform – platform yang ada saat ini yang dapat digunakan sebagai media Investasi baik jangka Panjang dan jangka pandek baik. Minim resiko, moderat sampai dengan resiko yang paling tinggi, dengan merancang rencana investasi sejak masa dini milenial dapat meminimalisir resiko-resiko keuangan yang akan terjadi dimasa yang akan datang seperti krisis financial, kebutuhan akan dana yang besar dengan waktu yang singkat, sakit dll.  Semakin pesatnya perkembangan teknologi ada banyak cara untuk berinvsetasi dengan baik secara Konvensiaonal dan Modern sekalipun baik resiko rendah sampai yang panling tinggi sekalipun bursa Efek Indonesia sebagai lembaga penyelengara perdagangan bursa efek di Indonesia menunjukkan bahwa indoensia memiliki hasil return paling tinggi dibandingkan bursa dikawasan Asia Tengara dan bursa besar yang ada didunia IDX.co.id (2016).

Menurut McLuhan (1962) “inovasi dalam bidang teknologi informasi atau teknologi komunikasi memberi perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat”, hal yang mengkhawatirkan mengenai investasi saat ini seperti Fluktuasi Harga, gejolak nilai tukar valuta asing yang tidak stabil, serta oknum-oknum manager investasi (penyedia jasa Investasi atau Pialang) yang diatur dalam Pasal 1 angka 11 UU Pasar Modal (OJK) yang berbunyi  “Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Yang banyak disalah gunakan sejumlah pihak seperti Penasihat Investasi yang menjadi Manager Investasi yang ramai dibicarakan belakangan ini yang menyebabkan Klien nya merugi hal tersebut meyebabkan banyak kaum milenial takut atau bahkan menjauhkan investasi digital tersebut dan lebih memilih untuk mengalokasikan dananya ke media investasi lainnya seperti Property, Frenchise (waralaba resmi), Deposito, membeli barang tersier atau Branded untuk investasi, atau lebih memilih menabungkan uang nya ke bank hal tersebut terjadi karena untuk meminimalisir kerugian dalam berinvestasi karena nilainya yang cenderung stabil dan meningkat dari tahun ketahun walau keuntungan yang didapat tidak sebesar investasi baik di saham atau trading Forex mengenai hal tersebut pemerintah melalui IDX (Bursa Efek Indonesia ) selaku badan penyedia Investasi serta Bank Inonesia dan OJK yang berbadan hukum selaku pihak yang melakuakan kegiatan pengawasan terhadap investasi yang terjadi di Indonesia dengan mengeluarkan Peratuan “Undang Undang NOMOR 8 TAHUN 1995” mengenai pasar modal dan pasal 3 mengenai fungsi pengawasan hal tersebut. Dapat meyakinkan persepsi dan ketertarikan kaum milenial pada Investasi yang handal, terpercaya serta terbuka/transparan untuk masa yang akan datang.

Banyak persepsi yang terbentuk dibenak investor milenial megenai sektor sektor investasi yang ada menurut Alvara Research Center (2017), berdasarkan hasil riset terdahulu yang dilakukan pada kaum milenial menunjukkan bahwa kaum milenial Sebagian besar berinvestasi pada media investasi yaitu Emas sebesar 29.6%, Property 16.7% Asuransi 5.65%. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang di kemukakan, yaitu bagaimana persepsi dan resiko yang akan dihadapi milenial terhadap investasi masa depan dan apa saja kelebihan dan kekurangan atas jenis – jenis investasi dalam strategi investasi era milenial. Menurut Kaidah (2015) hasil penelitian yang dilakukan di indonesia menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi minat untuk berinvestasi seperti umur, persepsi, status sosial,tingkat Pendidikan, tingkat kemapanan, trust level dan profesi. berdasarkan riset yang dilakukan Inside ID, Andreas Christian (2018) terhadap instrument investasi yang diminati di indonesia menunjukkan bahwa emas masih menjadi pilihan masyarakat sebab setangah dari responden yang dan memiliki investasi berupa emas.

Investasi lain yang dimiliki masyarakat adalah deposito sebesar 37%, property 30%, reksadana 22%, dan saham sebesar 17%, hasil riset Indise ID menunjukkan bahwa kaum pria cenderung lebih besar dalam melakukan investasi dari pada kaum perempuan serta kelompok usia yang melakukan investasi berdasarkan hasil riset partisipasi pada investasi adalah 31-45 tahun. Alvara Research Center (2017), berdasarkan hasil riset yang dilakukan pada kaum milenial menunjukkan bahwa kaum milenial Sebagian besar berinvestasi pada media investasi yaitu Emas sebesar 29.6%, Property 16.7% Asuransi 5.65%. dari data atas penelitan dan analisis terdahulu dapat disumpulkan bahwa Sebagian besar milenial berinvestasi pada investasi yang memiliki resiko yang rendah serta nilainya yang cenderung stabil dan meningkat disetiap tahunnya.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa generasi milenial harus memiliki:

1. Pengetahuan dan pengalaman tentang investasi berpengaruh terhadap keputusan berinvestasi.

2. Sebagian besar responden menginvestasikan uang nya pada media investasi yang memiliki sifat jangka panjang dan reskio yang kecil.

3. Keamanan menjadi prioritas responden saat mengambil keputusan dalam berinvestasi.

4. Orang yang dapat mempengaruhi keputusan berinvestasi adalah motivasi dari diri sendiri.

5. Secara bersamaan pengetahuan, pengalaman, resiko investasi dan diri sendiri berpengaruh terhadap keputusan berinvestasi.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

360 Points
Upvote Downvote

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *