Sobat Milenial, sebagian dari kalian pasti sudah memasuki usia bekerja dan kebanyakan dari kalian adalah generasi millenial. Saat ini, generasi millenial memang sedang naik daun. Siapakah generasi millenial? Generasi Millenial adalah kalian yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000an atau kalian yang saat ini berumur 17-37 tahun. Generasi millenial identik dengan kemajuan teknologi beserta segala kemudahan yang ada.
Generasi Millenial lahir di zaman dengan akses yang mudah ke lembaga keuangan. Millenial adalah generasi pertama yang tumbuh dengan komputer dan internet, akan lebih mudah bagi millenial untuk mempelajari sektor keuangan dengan cepat dan menerapkannya ke dalam kehidupan. Untuk berinvestasi, millenial cukup mengakses segala hal yang dibutuhkannya melalui internet di gadget mereka.
Gaya hidup yang dinamis ditambah minimnya pengetahuan pengelolaan keuangan membuat mereka millenial merasa sulit untuk mengatur keuangan. Sebagian millenial juga masih sulit mengatur keuangannya sesuai skala prioritas. Lalu, bagaimana cara cerdas bagi kalian Sobat SIkapi yang merupakan millenial untuk mengelola keuangan dengan terhadap transaksi dan investasi digital?
Sobat milenial, keberhasilan mengelola keuangan terhadap invetasi dan transaksi digital ditentukan oleh kedisiplinan untuk menjaga konsistensi gaya hidup hemat dan cerdas serta cara kita untuk tau investasi dan transaksi digital saat ini. Untuk itu sebagai generasi milenial kita harus mampu untuk mengutamakan kebutuhan di atas keinginan serta mengatur pemenuhan kebutuhan dengan hal-hal berkualitas secara efisien. Jadi, gaya hidup hemat bukan berarti menekan pengeluaran sehingga tidak memperhatikan kualitas, tetapi mengatur pengeluaran sesuai kebutuhan dan seimbang dengan penghasilan.
Agar Sobat Milenial berhasil dalam mengelola keuangan investasi dan transaksi digital, maka kalian perlu menentukan tujuan supaya bisa lebih fokus dalam merencanakan keuangan.
1. Apa tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang Sobat Milenial dalam hal investasi dan transaksi digital?
2. Berapa besar dana yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dalam hal investasi maupun transaksi?
3. Tentukan deadline sehingga Sobat Milenial bisa memantau progress pengelolaan keuangan terhadap investasi dan transaksi digital tersebut.
Kebanyakan millenial menggunakan prinsip “kamu hidup sekali/you only live once” yang membuat gaya hidup serta biaya pergaulan mereka semakin meningkat. Mereka sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Ketika melihat barang bagus di mall, mereka langsung membeli tanpa memikirkan apakah barang tersebut dibutuhkan atau tidak, dan pada akhirnya menyesal telah memberi barang tersebut. Hindari membeli barang karena dasar keinginan bukan kebutuhan.
Selanjutnya, usahakan supaya Sobat Sikapi tidak memiliki utang. Hindari hal-hal konsumtif seperti ajakan hangout yang terlalu sering, terutama untuk hal-hal yang belum terlalu kalian butuhkan dan bukan termasuk tujuan keuangan kalian. Sebelum membeli sesuatu, periksa dulu kondisi keuangan kalian. Jangan karena keinginan untuk tampil keren membuat kalian berhutang. Sobat Sikapi dapat memanfaatkan aplikasi di gadget kalian untuk mengetahui berbagai promo diskon. Bila ingin keuangan terkontrol tiap bulannya, kalian bisa menggunakan aplikasi pengelola keuangan. Dengan begitu kalian bisa lebih mudah mengevaluasi setiap bulannya.
Saat uang jajan atau gaji masuk ke rekening, usahakan agar Sobat Sikapi membuat rencana keuangan sesuai skala prioritas. Triknya kalian bisa menerapkan rumus 40-30-20-10 dalam rencana keuangan. 40% adalah anggaran untuk keperluan sehari-hari, 30% untuk kebutuhan utang, 20% untuk investasi dan tabungan, serta 10% untuk keperluan sosial. Tabungan, investasi, asuransi kesehatan, dan jaminan pensiun merupakan empat hal wajib yang harus masuk ke dalam rencana keuangan jangka panjang Sobat Sikapi. Harga barang dan kebutuhan yang semakin meningkat membuat empat hal tersebut menjadi penting untuk kalian miliki sejak dini. Bukankah menyenangkan kalau kalian bisa bergaul dan hangout serta merasa aman memiliki masa depan yang terjamin?
Yang paling utama, meskipun rencana keuangan Sobat SIkapi sudah sempurna, kalian tetap tidak boleh melupakan dana darurat untuk hal-hal tidak terduga yang mungkin muncul. Jangan biarkan hal-hal tidak terduga tersebut mengganggu rencana keuangan yang sudah susah payah disusun.
Untuk itu dimasa zaman milenial ini banyak sekali perusahaan berbasis teknologi yang menyediakan layanan berbasis software, seperti pembelajaran jarak jauh, e-commerce dan telemedicine mengalami peningkatan jumlah traffic dan pendapatan saat dimulainya pembatasan sosial.
Berdasarkan data dari Google, Temasek, dan Bain (2021), tercatat ekonomi digital di Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 49% di tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah ini diperkirakan akan semakin meningkat dengan akselerasi adopsi internet dan sarana digital.
Sementara itu, beberapa subsektor yang berkembang pesat dalam ekonomi digital antara lain adalah e-commerce, transportasi, dan keuangan. Layanan pendidikan dan kesehatan digital juga mengalami peningkatan pengguna yang cukup pesat selama pandemi.
Sementara, riset dari Kearney mencatat investasi pada sektor ekonomi digital di Indonesia pada 2020 mencapai US$ 4,4 miliar dolar atau dua kali lipat lebih besar dari tahun sebelumnya.Tak hanya itu saja banyak dari investasi yang masuk masih berpusat di daerah tier 1 atau kota-kota metropolitan seperti Jakarta dan Surabaya.
Kendati demikian, pola investasi ke depan diprediksi akan mulai menyasar sektor-sektor digital yang yang beroperasi di daerah-daerah tier 2 seperti Semarang dan Makasar, dan tier 3 seperti Magelang dan Bangli.
Hal itu dikarenakan investor digital menyadari potensi pertumbuhan di daerah-daerah ini diperkirakan akan menyalip pertumbuhan di kota-kota besar.
Investasi masih merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan karena menggerakkan perekonomian secara makro. Tidak hanya itu, juga dapat membuka lapangan kerja yang secara perlahan dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Investasi di bidang digital juga dapat membantu usaha mikro untuk memanfaatkan potensi pasar digital di Indonesia.
Tak luput di situ saja bahwa peningkatan transaksi digital di Indonesia merupakan peluang besar untuk mengundang masuknya investasi, baik pada sektor-sektor yang berhubungan dengan teknologi, digital maupun pada sektor-sektor strategis lainnya. Tidak menutup kemungkinan pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depannya akan didominasi oleh ekonomi digital. Ini juga turut dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 yang mempercepat proses transformasi digital di Indonesia.
Berdasarkan data dari Google, Temasek, dan Bain (2021), tercatat bahwa ekonomi digital di Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 49 persen di tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah ini diperkirakan akan semakin meningkat dengan akselerasi adopsi internet dan sarana digital. Sementara itu, beberapa subsektor yang berkembang pesat dalam ekonomi digital antara lain adalah e-commerce, transportasi, dan keuangan. Layanan pendidikan dan kesehatan digital juga mengalami peningkatan pengguna yang cukup pesat selama pandemi.
Di sisi lain, riset dari Kearney mencatat investasi pada sektor ekonomi digital di Indonesia pada 2020 mencapai 4,4 miliar dolar AS dua kali lipat lebih besar dari tahun sebelumnya.
Banyak dari investasi yang masuk masih berpusat di daerah tier 1 atau kota-kota metropolitan seperti Jakarta dan Surabaya.
Kendati demikian, pola investasi ke depan diprediksi akan mulai menyasar sektor-sektor digital yang yang beroperasi di daerah-daerah tier 2 seperti Semarang dan Makasar; dan tier 3 seperti Magelang dan Bangli, yaitu daerah perkotaan yang mulai berkembang dan daerah-daerah yang perlahan-lahan mulai mengadopsi internet dan jasa digital.
Hal itu dikarenakan investor digital menyadari bahwa potensi pertumbuhan di daerah-daerah ini diperkirakan akan menyalip pertumbuhan di kota-kota besar. Mikro untuk memanfaatkan potensi pasar digital di Indonesia.
Namun, investasi di bidang ekonomi digital juga perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah, salah satunya lewat iklim bisnis dan persaingan yang sehat.
Pemerintah juga perlu memastikan beberapa hal, seperti perlindungan konsumen, transfer data dan penerapan pengumpulan dan pengelolaan data berbasis risiko perlu diluruskan.
Pembahasan RUU Perlindungan Data Pribadi yang diharapkan dapat memberikan kejelasan atas beberapa hal tadi masih masih berjalan di tempat.
Selain itu, hal lain yang juga direkomendasikan adalah revisi UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen karena UU ini belum memasukkan ekosistem ekonomi digital di dalamnya. Padahal kegiatan ekonomi digital yang melibatkan penyedia jasa dan layanan serta konsumen juga membutuhkan adanya payung hukum terkait perlindungan konsumen.
Perlindungan konsumen berguna untuk meningkatkan kepercayaan dari sisi permintaan. Hal ini penting untuk meningkatkan keyakinan masyarakat untuk mengadopsi layanan digital yang tergolong baru seperti e-health atau edutech.
Dari sisi penawaran, konsumen yang terbuka untuk melakukan adopsi terhadap layanan-layanan digital menjadi insentif untuk meningkatkan investasi untuk melakukan inovasi dan menciptakan layanan yang lebih baik.
Comments