Menanggapi dugaan Musk, CEO Twitter Parag Agrawal pun membuat sebuah utas (thread) untuk menjelaskan metodologi penghitungan jumlah akun spam atau bot di Twitter. Agrawal menjelaskan, Twitter mengandalkan tenaga manusia untuk mengulas ribuan akun untuk memastikan apakah termasuk akun spam/bot atau tidak. Kendati demikian, ia tidak bisa memberikan informasi lebih spesifik mengenai akun yang telah dianalisis itu karena berkaitan dengan data pribadi pengguna Twitter.
“Sayangnya, kami ragu bila estimasi spesifik ini bisa ditampilkan secara eksternal, karena membutuhkan informasi publik dan pribadi (yang tidak bisa kami publikasikan),” kata Agrawal dalam utasnya.
Ketua Dewan Twitter Bret Taylor mengatakan, perjanjian Twitter dan Musk masih berlaku. Pada Juni 2022 lalu, Twitter bahkan mengizinkan Musk mengakses firehose, gudang data mentah dari ratusan juta kicauan harian. Bila Musk tetap membatalkan pembelian, Twitter berencana menuntut Musk dan memastikan untuk terus berupaya menyelesaikan proses transaksi.
“Dewan Twitter berkomitmen untuk menutup transaksi pada harga dan persyaratan yang disepakati dengan Musk dan berencana untuk mengambil tindakan hukum untuk menegakkan perjanjian merger. Kami yakin kami akan menang di Delaware Court of Chancery,” kata Taylor seperti dikutip dari The Independent, (9/7).
Seperti diketahui, Musk resmi mengumumkan akan membeli Twitter dengan harga 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 634 triliun pada 26 April 2022 lalu. Musk menilai, akun berlambang burung biru itu memiliki potensi yang luar biasa. Ia pun berharap, perusahaannya dan para pengguna Twitter dapat saling bekerja sama.
Comments