in ,

Rilis 6 Subholding, Target Valuasi Pertamina 100 M USD

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memastikan, kendati dunia masih diterpa pandemi COVID-19, agenda transformasi tidak boleh berhenti, bahkan harus dipercepat.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Menteri selaku pemegang saham yang membawa agenda ini ke rapat-rapat sesama kementerian maupun ke ratas (rapat terbatas), sehingga berbagai regulasi akhirnya berhasil kita dapatkan pada akhir Agustus kemarin,” kata Nicke.

Ia menjelaskan, tiga subholding Pertamina, yaitu Upstream, Refining and Petrochemical, Commercial and Trading harus tetap menjalankan tugas sesuai Undang-Undang Energi. Aturan ini telah mengamanahkan, subholding wajib menjaga keandalan (availability), accessibility, affordability, acceptability, dan sustainability. Investasi Pertamina sebesar 55 persen di lini bisnis ini.

Baca Juga  Kemenves/BKPM Terbitkan 8 Juta Nomor Induk Berusaha

Sementara itu, subholding gas akan bergerak untuk mengelola energi transisi dari fosil fuel ke new and renewable energy, yakni gas dengan porsi dalam bauran energi tetap di angka 22 persen hingga 25 persen.

“Dengan peningkatan demand energi lima kali lipat dalam 5 hingga 10 tahun ke depan, maka porsi gas ini harus ditingkatkan. Saat ini, Pertamina memiliki pipa gas sepanjang 24 ribu kilometer dan terpanjang di Asia Tenggara. Kunci kekuatan bisnis gas itu adalah infrastruktur karena gas hanya bisa ditransfer dengan pipa,” jelas Nicke.

Adapun untuk subholding Power and NRE telah bergerak menuju energi terbarukan. Saat ini, pemerintah telah memulai integrasikan geothermal yang nantinya kapasitas terpasang ketiga terbesar di dunia. “Ke depan, Pertamina akan mengintegrasikan antara hulu geothermal dengan hilir, yakni petrokimia,” tambahnya.

Baca Juga  Jokowi: Saham Freeport Naik 61 Persen, 80 Persen Pendapatannya Masuk ke Negara

Untuk mendukung kelima subholding itu, Pertamina memiliki subholding Integrated Marine Logistic.

Subholding Pertamina ini harus ada di masa kini, di masa transisi dan di masa depan. Harus selalu relevan, karena Indonesia adalah negara kepulauan. Apapun energinya, kita tetap membutuhkan transportasi laut. Bahkan, sekarang Integrated Marine Logistic ini mulai bergerak ke arah virtual pipelines,” jelas Nicke.

Ditulis oleh

Baca Juga  Jaga Ekonomi Nasional, Wamenkeu Beberkan Strategi Hadapi Konflik Timur Tengah 

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *