Dana untuk UMKM yang disalurkan BRI mencapai Rp 484 triliun. Sementara dana untuk energi terbarukan Rp 14,6 triliun, pencegahan dan pengendalian polusi Rp 2,3 triliun, dan untuk transportasi ramah lingkungan sebesar Rp 15,5 triliun. Selanjutnya, dana untuk bangunan berwawasan lingkungan Rp 2,9 triliun, pengelolaan sumber daya alam hayati Rp 33,1 triliun, konservasi keanekaragaman hayati darat dan air sebesar Rp 702 miliar. Selain itu, BRI juga menyalurkan kredit untuk pengelolaan air dan limbah berkelanjutan sebesar Rp 685 miliar, Eco-efficient product Rp 7,7 triliun dan terakhir adalah kegiatan usaha berwawasan lingkungan lainnya sebesar Rp 541 miliar. Terdapat juga usaha kegiatan konservasi keanekaragaman hayati darat dan air, transportasi ramah lingkungan, pengelolaan air dan air limbah yang berkelanjutan, eco-efficient, bangunan berwawasan lingkungan, dan kegiatan usaha berwawasan lingkungan lainnya.
Sunarso menjelaskan, selain berkontribusi melalui penyaluran pembiayaan kepada debitur ramah lingkungan dan proyek-proyek berwawasan ESG, BRI juga terlibat dalam aksi pengurangan emisi gas rumah kaca. Sepanjang 2020, intensitas emisi per pekerja sebesar 4.765,52 Kg CO2 eq/pekerja atau menurun 11,8 persen dari periode sebelumnya.
BRI juga mendukung aksi pengurangan dampak perubahan iklim dengan menggencarkan digitalisasi layanan sepanjang 2020. “Kenaikan volume transaksi elektronik pada tahun lalu membuat emisi gas rumah kaca yang timbul berkurang, karena nasabah kini tak perlu repot bepergian ke kantor BRI terdekat untuk mendapatkan layanan transaksi keuangan,” imbuh Sunarso. Ia menyebut, tahun lalu, setidaknya ada 25,92 juta pengguna layanan elektronik internet banking BRI. Pada saat yang sama, ada 29,03 juta nasabah yang menggunakan layanan perbankan melalui mobile banking milik BRI. Jika ditotal, potensi penurunan emisi yang muncul dari digitalisasi BRI mencapai 412.400.385,28 kg CO2 eq per tahun lalu.
Comments