in ,

Pemerintah Bangun Listrik Tenaga Surya

“Kita harus bisa menciptakan market yang cukup signifikan untuk menarik investasi masuk di sektor hulu (panel surya). Kita ada bahan-bahan baku cukup banyak dari hulu, ini akan memberikan efek lain, antara lain industri yang skala kecil bisa tumbuh besar dan UKM bisa berpartisipasi,” ungkap Arifin.

Arifin mengaku, pihaknya tengah mencoba merancang agar regulasi yang disusun bisa selaras dengan peluang pasar yang akan diciptakan. Misalnya, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dan Rancangan Peraturan Presiden sudah harus memiliki target pasar yang bisa menjadi daya tarik industri hulu agar mau masuk.

Arifin juga mengakui, saat ini masih terdapat isu Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam industri PLTS atau panel surya. Untuk itu, pemerintah juga akan berusaha memperbaiki regulasi terkait hal ini. Ia mengatakan, dalam membuka peluang di sektor hulu ini diperlukan regulasi-regulasi yang mengikat, sehingga investor bisa masuk dan Indonesia tidak ketinggalan dari negara-negara lain yang industri tenaga suryanya sudah berkembang.

Baca Juga  Menlu Retno: Indonesia Diplomasi Redakan Ketegangan Iran dan Israel

Arifin mencontohkan, perusahaan ACWA Power di Saudi Arabia, di Masdar, Mubadala. Perusahaan Uni Emirat Arab ini bisa bersaing di pasar internasional dalam memasarkan pembangkit PLTS karena sangat menguasai sektor hulu. Menurut Arifin, Indonesia pun memiliki potensi pasar yang besar. Jika potensi pasar ini dimanfaatkan secara optimal, maka akan bisa bersama-sama menciptakan peluang.

Arifin memperkirakan, pemanfaatan PLTS ke depannya akan terus meningkat. Hal ini tidak lepas dari terus menurunnya biaya investasi secara signifikan. Dalam satu dekade saja, menurutnya penurunan biaya investasi PLTS sudah mencapai 80 persen. Bahkan, penawaran terendah pengembangan PLTS di Saudi Arabia oleh ACWA Power 1,04 sen dollar AS per kWh. Penurunan investasi PLTS juga dirasakan di Indonesia, yakni harga jual dari PLTS terapung Cirata berkapasitas 145 MW hanya 5,8 sen dollar AS per kWh. Berdasarkan market sounding oleh PLN, penawaran harga listrik PLTS terapung di beberapa lokasi antara 3,68-3,88 sen dollar AS per kWh.

Baca Juga  8 Poin Penting dalam Proses Pengajuan Izin Usaha

Arifin menyampaikan, saat ini PLTS menjadi primadona sebagai sumber energi di dunia. Berdasarkan data IRENA tahun 2020, Tiongkok menjadi negara terbesar di dunia dalam memanfaatkan energi surya dengan kapasitas terpasang sebesar 263 GW pada tahun 2019. Hal ini diikuti oleh Amerika Serikat dan Jepang dengan masing-masing kapasitas terpasang 62 GW dan 61 GW.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *