in ,

Menkeu Sebut Keseimbangan Primer Surplus

Menkeu Sebut Keseimbangan Primer
FOTO; IST

Pajak.com, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti sentimen beberapa pihak yang kerap membandingkan kinerja APBN dan utang. Menkeu sebut keseimbangan primer tercatat surplus Rp 94,7 triliun. Keseimbangan primer merupakan selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Dengan nilai itu, menurutnya, adalah suatu capaian yang patut dibanggakan karena tahun lalu realisasi defisit mencapai Rp 65,3 triliun.

“Jadi bagaimana kondisi APBN kita pada akhir Maret ini, karena banyak yang kemudian orang sering kemudian membuat statement mengenai kondisi APBN dan utang. Ini suatu prestasi yang luar biasa karena tahun lalu defisit Rp 65,3 triliun, artinya pembalikan 245 persen membalik secara cepat dan kuat,” jelasnya dalam Konferensi Pers APBN KiTA, Rabu (20/4).

Baca Juga  Harga Beras Alami Deflasi 0,45 Persen per November 2024

Tak hanya itu, Sri Mulyani juga sebut realisasi APBN hingga akhir Maret 2022 masih surplus sebesar Rp 10,3 triliun. Padahal dibandingkan pada Maret 2021, APBN sudah mencatatkan defisitnya sebesar Rp 143,7 triliun.

“Jadi sekali lagi ini juga, membalik dari negatif yang dalam ke positif di Rp 10,3 triliun artinya growth-nya tumbuh 107,2 persen. Nah artinya kondisi APBN kita surplus sampai dengan akhir Maret dibandingkan tahun lalu bulan Maret yang defisit sangat dalam. Jadi tahun lalu itu sudah defisit 0,8 persen dari GDP kita pada posisi bulan Maret, sementara tahun ini kita masih surplus di 0,06 persen dari GDP,” lanjutnya.

Dengan kondisi posisi APBN yang surplus, lanjutnya, maka pembiayaan utang tercatat mampu turun secara tajam. Hingga dengan akhir Maret 2022, APBN hanya mengeluarkan Rp 139,4 triliun untuk pembiayaan; atau menukik sebesar 58,1 persen jika dibandingkan dengan pembiayaan utang tahun lalu sebesar Rp 332,8 triliun.

Baca Juga  Indef: Ekonomi Indonesia Diproyeksi Tumbuh 5 Persen pada 2025

“Surplus dan pembiayaan utang yang merosot tajam menggambarkan bahwa APBN kita mulai pulih kesehatannya, dan ini bagus karena APBN pasti dibutuhkan untuk berbagai macam seperti shock absorber, melindungi masyarakat, membangun infrastruktur, mendukung pendidikan, memperbaiki kesehatan, memperbaiki alutsista. Semuanya itu pasti butuh APBN. Maka APBN harus terus menerus dijaga kesehatannya,” ujarnya.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *