“Saya melihat dalam 3-5 tahun yang akan datang, industri cokelat kita akan makin meningkat. Apalagi cokelat sangat bagus untuk kesehatan dan tren gaya hidup. Mudah-mudahan teman petani semua bisa melihat peluang ini dan menjadikannya sebagai inspirasi untuk mendapatkan nilai tambahnya,” ujar Kuntoro dalam acara Tik Talk Ramadhan dikutip Pajak.com, Minggu (25/4/2021).
Kuntoro mengatakan, cokelat adalah komoditas strategis yang bisa membangkitkan ekonomi nasional melalui peluang ekspor dan industri olahan pangan dalam negeri.
Sejak tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dikutip dari data kementerian Perindustrian, perkebunan ini juga memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga subsektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar 701 juta dollar AS.
Peneliti Agribisnis Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Diany Faila Sophia Hartatri, menyebutkan, produksi kakao Indonesia semakin menurun setiap tahunnya. Padahal, menurut Diany, permintaan dari pasar domestik maupun internasional semakin meningkat. Data Kementan menyebutkan, pada 2019, kegiatan pengembangan kakao dialokasikan seluas 7.730 hektar melalui kegiatan peremajaan dan perluasan lahan kakao. Dari luas tanah tersebut, versi produksi Ditjen Perkebunan dapat mencapai sekitar 600 ribu ton per tahun, berbeda dengan data yang dihimpun ICCO yang hanya sekitar 220 ribu ton.
Comments