in ,

Trump Akan Hapus Insentif Pajak Mobil Listrik di AS, Tesla Berpotensi Diuntungkan

Trump Hapus Insentif Pajak Mobil Listrik
FOTO: IST

Trump Akan Hapus Insentif Pajak Mobil Listrik di AS, Tesla Berpotensi Diuntungkan

Pajak.comWashington D.C. – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana hapus insentif pajak pembelian mobil listrik (EV) dan plugin hybrid (PHEV) sebesar 3.750 dollar AS hingga 7.500 dollar AS (sekitar Rp 57 juta hingga Rp 115 juta). Saat ini, rencana tersebut tengah dibahas oleh tim transisi Trump dan mengklaim bahwa langkah ini sebagai bagian dari perubahan kebijakan energi AS secara menyeluruh.

Kebijakan insentif pajak ini sebelumnya menjadi bagian dari Undang-Undang Pengurangan Inflasi (Inflation Reduction Act/IRA) yang disahkan oleh Presiden Joe Biden. Mengutip laporan Reuters, rencana tim transisi Trump menyatakan bahwa reformasi pajak yang lebih luas ini mencakup penghapusan subsidi EV yang selama ini telah menjadi salah satu strategi utama untuk mempercepat transisi energi bersih di AS.

Baca Juga  Realisasi Penerimaan Pajak KPP Badan dan Orang Asing Lampaui Target 100,44 Persen

Untuk memenuhi syarat subsidi ini, kendaraan listrik atau PHEV harus diproduksi di Amerika Utara (AS, Kanada, atau Meksiko) dan memiliki harga jual maksimum. Selain itu, mobil listrik tidak boleh melebihi harga 55.000 dollar AS (sekitar Rp 846 juta), sementara SUV dan truk ringan dibatasi hingga 80.000 dollar AS (sekitar Rp 1,23 miliar). Namun demikian, kendaraan yang disewa masih dapat memperoleh insentif karena diklasifikasikan sebagai kendaraan komersial oleh Kementerian Keuangan AS, yang memungkinkan konsumen memanfaatkan celah untuk memanfaatkan subsidi melalui leasing.

Langkah ini disambut baik oleh Tesla, meskipun sebagai produsen mobil listrik terbesar di AS, Tesla sebelumnya telah diuntungkan oleh kebijakan insentif pajak. CEO Tesla Elon Musk bahkan menyatakan bahwa menghapus subsidi justru bisa menguntungkan Tesla dalam jangka panjang, mengingat banyak kompetitor Tesla yang masih bergantung pada insentif ini untuk mengimbangi biaya produksi EV.

Baca Juga  Vonis Helena Lim, Hakim: Kembalikan Aset yang Diikutkan ”Tax Amnesty” dan PPS

“Penghapusan subsidi ini mungkin akan menguntungkan Tesla karena kompetitor lain tidak bisa bersaing dalam hal biaya,” kata Nicholas Mersch, manajer portofolio di Purpose Investments, salah satu investor Tesla, dikutip Pajak.com, Sabtu (16/11).

Namun, kebijakan ini dikhawatirkan akan memukul produsen mobil lain di AS yang sedang berupaya beralih ke produksi kendaraan listrik. General Motors (GM), Ford, dan Hyundai misalnya, akan kehilangan salah satu strategi utama untuk mengimbangi tingginya biaya produksi EV. GM baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mengurangi kerugian tahunan dari produksi EV mereka hingga 4 miliar dollar AS (sekitar Rp 61 triliun), tetapi target ini akan lebih sulit dicapai tanpa dukungan insentif pajak.

Baca Juga  Kanwil DJP Jaktim Serahkan Dua Tersangka Penerbit Faktur Pajak Fiktif ke Kejaksaan

Ford, yang memproduksi F-150 Lightning, juga mengandalkan insentif ini untuk meningkatkan penjualan EV-nya. Namun, meskipun dengan subsidi, permintaan terhadap model tersebut tetap rendah hingga menyebabkan Ford menghentikan produksinya sementara waktu.

Tim transisi Trump yang dipimpin oleh miliarder minyak Harold Hamm dan Gubernur North Dakota Doug Burgum, juga mempertimbangkan untuk memperpanjang pemotongan pajak besar-besaran dari masa jabatan Trump sebelumnya yang akan segera berakhir, dan mengalokasikan anggaran dari penghapusan subsidi EV untuk mendukung kebijakan ini.

Aliansi untuk Inovasi Automotif yang mewakili produsen mobil, mendesak Kongres pada 15 Oktober lalu agar mempertahankan insentif pajak EV, menyebutnya sebagai elemen “kritis untuk memantapkan posisi AS sebagai pemimpin global dalam industri automotif masa depan.”

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *