Pajak.com, Denpasar – Pandemi Covid-19 sangat memengaruhi kinerja kantor pajak di Provinsi Bali, karena penerimaan pajak di sana bergantung kepada sektor pariwisata dan usaha turunannya. Kepala KPP Madya Denpasar Agus Kuncara menyatakan, Pariwisata Bali tidak melulu soal objek-objek wisata, tapi juga efek pengganda yang ada di dalamya seperti akomodasi, makanan dan minuman, agen perjalanan, juga industri pengolahan.
“Saat saya baru ditugaskan sekitar bulan Mei lalu, Kuta masih seperti kota mati, tidak ada aktivitas. Hal ini tentu sangat berpengaruh kepada penerimaan KPP Madya Denpasar,” katanya di hadapan awak media, di KPP Madya Denpasar, Rabu (5/11).
Agus mengutarakan, KPP Madya diamanahkan target penerimaan tahun 2021 sebesar 53 persen dari jumlah target penerimaan Kanwil DJP Bali yang mencapai Rp 7,99 triliun. Artinya, di tahun ini, ia harus mencapai Rp 4,27 triliun.
“Kenapa kok hanya satu kantor pajak tapi targetnya lebih dari separuhnya? Ini karena Wajib Pajak (WP) yang kami awasi adalah yang besar-besar yang di pulau Bali. Jumlahnya ada 2134 WP, terdiri dari 268 WPOP dan sisanya 1866 WP badan,” ungkapnya.
Meski aktivitas masyarakat di Bali sudah mulai bergeliat dan penerbangan internasional sudah mulai dibuka sejak 14 Oktober lalu, penerimaan pajak di Pulau Dewata ini masih lesu. Hingga per 5 November 2021, realisasi penerimaan baru tercatat di angka 68 persen atau sekitar Rp 2,89 triliun.
“Tahun 2017 penerimaan kami tercapai 80%, tahun 2018 sebanyak 87%, naik lagi di tahun 2019 itu 92%. Begitu pandemi, pada 2020 turun menjadi 85%. Tahun lalu, antara Januari sampai Maret kegiatan ekonomi masih jalan, dan Wajib Pajak juga masih menyetor. Jadi, itu menolong di tiga bulan pertama, tapi setelah itu, April sampai Desember langsung drop,” ucapnya.
Namun demikian, Agus tetap optimistis akan capai penerimaan pajak secara optimal, dengan adanya perkembangan ekonomi seiring masa pemulihan dan kebangkitan pariwisata Bali. Apalagi, sejumlah aturan pengetatan sudah mulai dilonggarkan seperti antigen sudah dibolehkan, karantina dari 5 hari menjadi 3 hari, dan perjalanan darat tidak perlu antigen.
“Setelah ada pandemi, justru wisatawan lokal yang banyak mendominasi. Kita akan lihat, di destinasi wisata masih ada orang yang berwisata, bahkan penerbangan penuh di akhir pekan. Mudah-mudahan pandemi bisa dikendalikan, kemudian pariwisata sudah mulai jalan,” imbuhnya.
Comments