in ,

Strategi Mengatur Keuangan di Tengah Pandemi

Strategi Mengatur Keuangan di Tengah Pandemi
FOTO : IST

Pajak.com, Jakarta – Di tengah pandemi ketidakpastian ekonomi, penting bagi Anda tetap mengatur strategi keuangan. Sahabat Management Development Program Financial Planning Enthusiast Reynald Tjipto menyarankan untuk menerapkan tiga langkah. Ketiga langkah mengatur strategi keuangan ditengah pandemi ketidakpastian ekonomi tersebut, antara lain:

Pertama, pastikan Anda memiliki dana darurat. Bagi Anda yang masih belum berkeluarga, dana darurat disarankan minimal sebesar enam bulan dari penghasilan. “Sebelum kita berpikir investasi, kejar dulu dana darurat karena itu penting banget. Amit – amit kita semua PHK (pemutusan hubungan kerja), kalian bisa bertahan. Sebab dalam jangka waktu 6 bulan itu logika untuk kita bertahan – kalian mau melakukan apa, mencari kerja, ” kata Reynald, dalam webinar yang dihelat Bank Sampoerna, Sabtu siang (6/3).

Baca Juga  Wamenkeu: Hampir Semua Investor Eropa Tekankan Prinsip ESG dan Ekonomi Hijau 

Sayangnya, lanjut Reynald, Badan Pusat Statistik merilis fakta bahwa rata-rata masyarakat Indonesia hanya mempunyai dana darurat kurang dari sebulan. Secara teori ini sangat berisiko.

Kedua, asuransi jiwa. Reynald mengatakan, semakin muda maka semakin baik untuk memiliki asuransi jiwa karena preminya lebih murah. Asuransi jiwa adalah asuransi yang bertujuan menanggung kerugian finansial tak terduga yang disebabkan karena kematian.

“Asuransi sangat penting. Diluar dari asuransi BPJS Kesehatan. Harus ada double cover. Khususnya untuk yang memiliki keluarga. Asuransi jiwa itu bukan untuk kalian, tapi untuk orang yang kita tanggung – untuk kalian yang tulang punggung, asuransi jiwa itu menjamin orang-orang yang kalian tinggalkan,” jelasnya.

Baca Juga  Pilihan Instrumen Investasi yang Diproyeksi Tangguh di Tengah Gejolak Ekonomi

Ketiga, investasi. Ketika Anda sudah memiliki dana darurat dan asuransi, Anda baru bisa berinvestasi. Silahkan pilih reksa dana, deposito, atau saham.

“Jangan gunakan dana investasi menggunakan uang panas. Maksudnya uang panas, uang yang harusnya untuk kebutuhan atau dana darurat malah dibuat investasi. Sangat berisiko,” kata Reynald.

Ditulis oleh

Baca Juga  Jokowi Terima Kunjungan CEO Apple, Ini yang Dibahas

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *