in ,

Apa sih Sebenarnya Tapering The Fed Itu?

Apa sih Sebenarnya Tapering The Fed Itu?
FOTO: IST

Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, merilis wacana tapering atau aksi pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing – Q.E) yang telah dimulai dari bulan November 2021. Karena pembelian aset berkurang, alhasil jumlah uang yang beredar pun akan berkurang.

Kebijakan ini diambil meningat adanya inflasi yang sangat kuat di Amerika Serikat dan merupakan sebuah langkah bagi The Fed untuk menggantikan kebijakan ekspansif yang diterapkan sebelumnya. The Fed akan menarik kembali pasokan uang dari pasar demi menolong kondisi ekonomi AS, karena sejak awal pandemi, The Fed melakukan program QE yang telah menggandakan neraca menjadi hingga sekitar $ 8,5 triliun.

Sebelumnya, The Fed pernah melakukan kebijakan ini pada tahun 2013 sebagai upaya memperbaiki resesi dan krisis finansial dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Pada tapering tahun 2013, The Fed mengurangi pembelian aset sebesar $10 miliar tiap bulannya hingga pembelian mencapai 0 aset, 10 bulan setelahnya.

Baca Juga  KEK Likupang Siap Hadirkan “Sustainable Tourism”

Diterapkannya program taper tidak berarti The Fed akan berhenti membeli aset, tetapi hanya mengurangi laju ekspansi neraca, yang berarti The Fed tidak akan lagi menambah aset ke neracanya dan malah akan mengurangi aset yang dimilikinya dengan menjualnya. Langkah pertama dalam proses tapering kali ini dilakukan dengan mengurangi laju pembelian aset dari $80 miliar menjadi $70 miliar pada bulan November dan diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga US$ 30 miliar per bulan, sehingga QE akan menjadi nol dalam kurun waktu 4 sampai 5 bulan.

Selain memotong pembelian aset, The Fed juga akan menaikkan suku bunga tahun depan. The Fed telah mempertahankan suku bunga mendekati 0% selama pandemi COVID-19 sebagai upaya untuk menopang perekonomian. The Fed mengatakan mereka bahwa diperkirakan suku bunga akan naik 0,75% atau lebih pada tahun 2022.

Baca Juga  BCA Jadi “Brand” Perbankan Terkuat di Dunia Versi Brand Finance

Hal ini akan menyebabkan turunnya harga pasar obligasi karena obligasi baru akan segera hadir di pasar yang menawarkan pembayaran tingkat bunga yang lebih tinggi kepada investor. Selain itu, suku bunga tinggi berarti orang menerima bunga yang lebih baik atas tabungan mereka, yang akan mendorong orang-orang untuk menabung daripada menggunakan uangnya untuk belanja. Sejatinya, kenaikan suku bunga cenderung menunjukkan penguatan ekonomi yang diharapkan.

 

Penulis Adalah Mahasiswi Universitas Indonesia, Fakultas: Ekonomi dan Bisnis, Jurusan: Ilmu Ekonomi, Angkatan: 2020

* Informasi yang disampaikan dalam Artikel ini Sepenuhnya merupakan Tanggung Jawab Penulis

Ditulis oleh

Baca Juga  Indonesia Siap Produksi Massal Baterai Kendaraan Listrik pada April 2024

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *