Di sisi lain, ia juga mengingatkan bahwa kolaborasi merupakan cara ampuh untuk mendorong peningkatan jumlah usaha menengah dan besar. Ia berpandangan, kerja sama usaha adalah ikatan bersama dan tanggung jawab antarpengusaha. Ma’ruf menyebut setidaknya ada dua model kolaborasi yang bisa dilakukan.
Pertama, UMKM terus difasilitasi agar kapasitas usaha, keterampilan tenaga kerja, akses modal, dan penguasaan teknologi meningkat, seperti model yang dilakukan di Korea Selatan dan Singapura.
Kedua, kolaborasi yang intensif antara usaha makro, mikro, menengah, dan besar sehingga antarpelaku ekonomi bisa saling menguatkan, seperti model yang dikerjakan di Jepang dan Taiwan.
“Negara-negara tersebut telah membuktikan bahwa pendekatan yang benar dalam membangun sinergi dan kolaborasi antarpelaku usaha menjadi sumber pertumbuhan dan kekuatan ekonomi bangsa,” katanya.
Di luar isu redistribusi dan kolaborasi, Indonesia juga memiliki tiga agenda ekonomi yang sekarang mesti dikawal bersama yakni daya saing ekonomi, transformasi ekonomi, dan demokrasi ekonomi. Menurutnya, agenda dan program yang didorong mencerminkan pula kepentingan seluruh lapisan masyarakat, termasuk juga UMKM—bukan semata menyantuni kelompok tertentu saja.
“Jadi, sifatnya kolaborasi, kemitraan, bukan hanya belas kasihan, anak angkat. Kita ingin membangun kemajuan bersama, sejahtera bersama, makmur bersama. Jangan ada satu pihak terlalu makmur, terlalu miskin, bahkan sampai kemiskinan ekstrem. Saya kira ini harus kita atasi bersama sehingga tidak ada kesenjangan yang besar,” pungkasnya.
Comments