3. Krisis Ekonomi 2020-Sekarang
Di episode ini banyak yang telah memahami bahwa krisis yang berlangsung dan dihadapi Indonesia sejak 2020 merupakan implikasi dari pandemi Covid-19.
Sri Mulyani menuturkan, pandemi berhasil mengancam secara langsung jiwa manusia, sehingga krisis ketiga ini berdampak signifikan terhadap keuangan negara. Sebab, pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan masyarakat dari sisi kesehatan. Di sisi lain, pemerintah harus mengatasi rapuhnya ekonomi dan sosial akibat efek domino dari beragam pembatasan.
“Dan yang kena selalu balance sheet. Balance sheet rumah tangga kena, orang yang enggak punya pekerjaan atau pekerjaan harian kehilangan pendapatan. Orang yang tidak punya tabungan kena, perusahaan kehilangan konsumen, perusahaan tidak bisa bayar cicilan, semua langsung kena ke neraca rumah tangga, perusahaan, perbankan, dan ujungnya lagi-lagi keuangan negara,” jelas Sri Mulyani.
Upaya penyelamatan tertuang dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Program ini mengalokasi anggaran untuk menangani masalah kesehatan, perlindungan sosial, membantu dunia usaha, dan sebagainya. Risikonya, PEN menyebabkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 dan 2021 melonjak lebih dari 3 persen—tidak sesuai UU tentang Keuangan Negara.
“Jadi kalau Anda lihat trigger krisisnya berbeda, bisa balance of payment, bisa krisis keuangan, bisa penyakit. Tapi ujungnya semuanya sama, keuangan negara yang mengalami beban terbesar. Nah keuangan negara makanya saya selalu menyampaikan harus mampu mengantisipasi. Dunia itu selalu bisa dihantam, Indonesia bisa dihantam berbagai krisis,” kata Sri Mulyani.
Comments