Dengan demikian, Bambang menyimpulkan, Indonesia memiliki kesempatan menjadi masyarakat 5.0 karena mempunyai tiga sektor potensial yakni agrikultur, manufaktur, dan ICT (information, communication, and technology). Di sisi lain, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional periode 2016—2019 ini juga mengatakan, Indonesia masih memiliki tantangan, yakni populasi yang besar, kualitas sumber daya manusia (SDM), digital infrastructure, human resource, dan integrated data base (penta helix).
Di kesempatan yang sama, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menjelaskan bahwa pemikiran post modernism telah merevolusi pemikiran, sehingga manusia menjadi berpikir secara lebih rasional dan pragmatis.
“Realita palsu bisa juga dibuat atau dipancing oleh teknologi yang membantu orang lebih memiliki imajinasi kuat, khususnya dengan adanya penggunaan artificial intelligence. Jadi, kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi punya dampak yang besar terhadap peradaban manusia,” kata Agus.
Selain teknologi, pandemi turut mengubah peta geopolitik dunia. Pandemi membuat budaya dunia semakin memusatkan pencarian jawaban pada ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, manusia dan teknologi harus mencapai titik keseimbangan untuk memecahkan setiap masalah, termasuk pandemi COVID-19.
Webinar juga dihadiri oleh eks Menteri Perdagangan Gita Wirjawan; sosiolog Universitas Negeri Jakarta Robertus Robert; Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Komaruddin Hidayat; neurosains Roslan Yusni Hasan; sejarawan Baskara Tulus Wardaya; dan sebagainya.
http://news.unair.ac.id/2021/08/06/peduli-lingkungan-alumni-unair-dirikan-start-up-pengelolaan-dokumen-mulia-berbasis-syariat/
https://www.pajak.com/ekonomi/erick-thohir-3-syarat-startup-penerima-investasi-bumn/