“Contohnya, ketika konsumen ingin mengajukan pinjaman, teknologi Brick dapat menghubungkan platform dengan akun keuangan pengguna, atau mengumpulkan data dompet digital dan data ketenagakerjaan untuk membantu mempercepat proses pengajuan pinjaman,” jelas Gavin.
Menurut Gavin, teknologi ini mengotomasi dan mengintegrasikan proses yang selama ini memakan waktu, terutama dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk memfasilitasi transaksi keuangan. Dengan teknologi ini, platform fintech dapat dengan cepat menawarkan berbagai produk keuangan yang terpersonalisasi, dan memperluas akses terhadap pembiayaan di Indonesia dan Asia Tenggara.
Brick sudah bekerja sama dengan ribuan developer di Indonesia dan memiliki lebih dari 50 klien termasuk beberapa perusahaan fintech konglomerat seperti Sinarmas Group dan Astra Financial. Brick mendukung lebih dari 13 juta panggilan API dan 1 juta konsumen setiap bulannya.
Gavin memaparkan, sejak enam bulan terakhir, Brick sudah memperluas produk API yang ditawarkan untuk melayani perusahaan teknologi di Indonesia. Pengembangan produk API ini dapat melayani penggunaan yang lebih beragam dan mempermudah developer untuk membangun produk kelas-dunia hanya dengan satu integrasi API.
“Keseluruhan user journey dalam pengajuan pinjaman; mulai dari onboarding, underwriting sampai dengan pengiriman uang dapat diotomatisasikan dengan Brick Verification, Brick Data dan Brick Payments,” tutur Gavin.
Meski saat ini masih fokus pada Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Brick berencana untuk mengembangkan bisnisnya ke seluruh Asia Tenggara, dimulai dengan Singapura dan Filipina.
Comments