in ,

Indonesia Teken 23 Kontrak Dagang di TIIMM G20

Indonesia Teken 23 Kontrak
FOTO: Dok. Kementerian Perdagangan

Indonesia Teken 23 Kontrak Dagang di TIIMM G20

Pajak.com, Bali – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah berhasil menandatangani 23 kontrak dagang dengan sejumlah negara di sela-sela pertemuan Trade, Investment, and Industry Ministrial Meeting (TIIMM) G20. Zulkifli menyebut, total nilai kontrak dagang yang disepakati hampir mencapai 1 miliar dollar AS.

Indonesia teken 23 kontrak dagang di TIIMM G20, kontrak itu dihasilkan salah satunya, dari pertemuan bilateral Indonesia dengan 13 negara anggota G20 di sela-sela rangkaian acara. Adapun 13 negara yang dimaksud adalah Australia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, India, Inggris, Kanada, Korea Selatan, Selandia Baru, Singapura, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Uni Eropa.

“Ini (disepakati) di sela-sela pertemuan, jadi sampingan. Apalagi kalau misi dagang khusus (lebih besar),” katanya dalam konferensi pers TIMM G20 di Bali yang ditayangkan secara virtual, Jumat (23/9).

Ia mengemukakan, salah satu kontrak kerja sama yang membanggakan yakni terkait sumber daya manusia di bidang informasi dan telekomunikasi. Kerja sama di bidang SDM itu akan dimanfaatkan untuk perdagangan jasa antara pengusaha Indonesia dengan Australia dalam kerangka Indonesia–Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

Baca Juga  Brasil Terus Merayu Negara G20 Setujui Pajak Kekayaan Miliarder

“Ini sebagai upaya konkret hubungan negara mitra khususnya negara-negara yang telah melakukan penandatanganan kontrak,” imbuhnya.

Zulhas berharap, sejumlah pertemuan yang dilaksanakan itu dapat memberikan dampak konkret terhadap utilisasi perjanjian dagang yang dimiliki Indonesia dengan sejumlah negara mitra. Para pelaku usaha pun didorong untuk memanfaatkan setiap perjanjian ekonomi yang telah dibuka oleh pemerintah dalam perjanjian bilateral.

Di sisi lain, ia juga menuturkan capaian lainnya berupa reformasi WTO. Negara G20 telah bersepakat pentingnya memperkuat prinsip-prinsip dasar WTO melalui reformasi. Hal ini juga sebagai kunci untuk memperkuat kepercayaan dalam sistem perdagangan multilateral.

“Negara anggota juga berkomitmen memanfaatkan momentum positif hasil konferensi tingkat menteri ke-12 lalu untuk terlibat dalam diskusi aktif dan konstruktif menuju konferensi tingkat menteri WTO ke-13,” ucapnya.

Selanjutnya, negara-negara G20 juga menegaskan bahwa rantai nilai global berperan penting dalam mendorong partisipasi negara berkembang, khususnya bagi pelaku UMKM, perempuan, dan wirausaha muda ke dalam perdagangan global.

Selain itu, anggota G20 menggarisbawahi peran sistem perdagangan multilateral untuk mengembalikan produktivitas industri dan menyepakati koherensi kebijakan perdagangan dan investasi dengan kebijakan industri untuk mengatasi tantangan di masa depan.

Baca Juga  BPK Minta Pemerintah Terus Tingkatkan Kualitas APBN

Ia juga menuturkan pertemuan dengan Perwakilan Dagang Amerika Serikat (United States Trade Representative/USTR) Duta Besar Katherine Tai untuk membahas sejumlah isu dan peluang peningkatan kerja sama perdagangan antara RI–AS.

Zulhas bilang, Indonesia telah memutuskan untuk bergabung dengan semua pilar dalam pertemuan tingkat menteri Indo–Pacific Economic Framework (IPEF) pada awal September lalu. Ia juga meminta dukungan untuk percepatan otorisasi pemberlakuan Generalized System of Preferences (GSP) AS bagi Indonesia.

“Kami meminta agar Duta Besar Tai dapat mendorong proses otorisasi pemberlakuan GSP oleh Kongres AS, mengingat prosesnya yang sampai saat ini telah memakan waktu hampir dua tahun semenjak keputusan perpanjangan GSP untuk Indonesia diumumkan,” ucapnya.

Pertemuan tersebut juga membahas rencana pelaksanaan Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) tingkat menteri. Zulhas berharap agar pembahasan berfokus pada kebijakan yang strategis dan konstruktif untuk mendorong peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi.

Kemendag mencatat, total perdagangan Indonesia–AS pada 2021 mencapai 37 miliar dollar AS, atau meningkat 36,17 persen dari 2020; dan ekspor Indonesia ke AS tercatat sebesar 25,8 miliar dollar AS atau naik 38,71 persen.

Baca Juga  Xiaomi Siap Kuasai Pasar EV dengan Peluncuran Sedan SU7

Di sisi lain, impor Indonesia dari AS mencapai 11,2 miliar dollar AS, naik 30,23 persen; dan mencatatkan surplus 14,6 miliar dollar AS. Di tahun yang sama, AS menjadi negara dengan peringkat ke-2 sebagai tujuan ekspor dan peringkat ke-4 sebagai tujuan impor.

“Produk ekspor utama Indonesia ke AS adalah minyak sawit, krustasea hidup, alas kaki kulit, krustasea dan moluska, serta furnitur. Produk impor utama Indonesia adalah minyak bumi, kedelai, vaksin, residu pati, dan tepung,” tutupnya.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *