in ,

Indonesia – Australia Sinergi Produksi Nikel dan Litium

produksi nikel dan litium
FOTO: IST

Indonesia – Australia Sinergi Produksi Nikel dan Litium

Pajak.com, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, kerja sama Indonesia dan Australia akan diperkuat dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik serta rantai pasok mineral kritis global. Secara konkret, sinergi dilakukan dalam hal produksi nikel maupun litium. Hal ini sebagai penegasan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Australia pada beberapa hari yang lalu.

“Pola kerja sama itu banyak, barter nikel dan litium juga bisa. Tapi tergantung kebutuhan, bisnis kan prospeknya harus menguntungkan. Seperti kita ketahui, litium merupakan mineral utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik selain nikel, mangan, dan kobalt,” kata Arifin dalam konferensi pers, di Kementerian ESDM, (7/7).

Ia menilai, pengembangan litium dari negara lain penting untuk mendorong inovasi pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik domestik. Meskipun sebagian besar bahan pembuatan ekosistem kendaraan listrik tersedia di Indonesia.

Baca Juga  Ini 7 Ruas Tol Baru Gratis Selama Musim Mudik Lebaran 2024

“Sebagian besar bahan baku komponen baterai kita punya, tapi sebagian juga gak punya. Dan jika pihak lain mau kerja sama, maka pemerintah berupaya agar bisa saling melengkapi,” ujar Arifin.

Ia melansir laporan Survei Geologi Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan pada Januari 2023, bahwa Australia menambang 61.000 ton litium pada 2022. Angka itu menyumbang 47 persen dari total produksi dunia. Adapun sumber daya litium yang teridentifikasi sebanyak 7,9 juta ton atau nomor empat terbesar dunia setelah Bolivia 21 juta ton, Argentina 20 juta ton, dan Chile 11 juta ton.

Pada awal Juli 2023 lalu, telah dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid dan Premier of Western Australia Hon Roger Cook MLA, di Australia. Kesepakatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara dan kegiatan kunjungan Presiden Jokowi ke Australia untuk melakukan pertemuan tahunan dengan Perdana Menteri Australia.

Baca Juga  Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Kerja Sama Pemensiunan Dini Pembangkit Listrik Batu Bara

Pada pertemuan itu, Presiden Joko Jokowi mengajak Pemerintah Australia untuk bermitra dalam mengembangkan industri baterai listrik di Indonesia. Alasannya, Australia memiliki satu jenis komoditas yang tidak dimiliki Indonesia, yakni litium.

“Secara konsisten terus kami jalankan hilirisasi industrialisasi bahan-bahan mentah yang kami miliki. Pesan kami kepada Perdana Menteri Albanese, untuk litiumnya bisa dibawa ke Indonesia saja,” ungkap Jokowi.

Hal senada juga diungkapkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia Siswo Pramono. Ia menegaskan, kemitraan antara Indonesia dan Australia dapat membuka peluang besar pengembangan sektor mineral kritis di tanah air. Mengingat Australia Barat memiliki cadangan mineral yang melimpah untuk menghasilkan baterai kendaraan listrik.

Baca Juga  Airlangga Tegaskan Rencana Aksi Kelapa Sawit Berkelanjutan

“Kedua negara dapat berkontribusi lebih besar pada rantai pasok global untuk suplai kebutuhan baterai dan mineral penting. Australia akan menjadi pemasok litium dan Indonesia akan menjadi pemasok nikel, di mana keduanya merupakan komponen utama dalam produksi kendaraan listrik,” tambah Siswo.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *