in ,

Hilirisasi Nikel Bentuk Agenda Reformasi Struktural

Hilirisasi Nikel Bentuk Agenda Reformasi Struktural
FOTO: IST

Hilirisasi Nikel Bentuk Agenda Reformasi Struktural

Pajak.com, Jakarta – Analis Kebijakan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Johan Kasim menegaskan, agenda reformasi struktural merupakan salah satu fokus pemerintah sejak awal masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Menurutnya, hilirisasi di sisi sumber daya alam (SDA) salah satu bentuk agenda reformasi struktural yang menarik, yaitu komoditas nikel.

Seperti diketahui, nikel digunakan sebagai komponen pembangun baterai mobil listrik atau motor listrik, sehingga kebutuhan dunia akan komoditas ini diproyeksi terus meningkat. Menurut Johan, kondisi tersebut telah dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mendorong pengolahan nikel agar memiliki nilai tambah lebih besar lagi, menarik investasi, dan membuka lapangan pekerjaan.

“Mungkin kita semua sudah pernah dengar mengenai pengolahan nikel. Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia. Kita tidak mau hanya mengekstraksi nikel, lalu kemudian mengekspor nikel itu sendiri dalam bentuk mentah atau dalam bentuk mungkin olahan yang mempunyai nilai tambah yang sedikit,” ujar Johan dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.com(8/6).

Baca Juga  Wamenkeu Tegaskan Indonesia Dukung Reformasi Kebijakan Ekonomi Hijau di CFMCA Laos

Mengutip laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat, produksi nikel di dunia diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton pada 2022. Jumlah itu meningkat 20,88 persen dibandingkan pada 2021 yang sebanyak 2,73 juta metrik ton. Dari total itu, Indonesia menjadi penghasil nikel nomor satu di dunia. Total produksinya diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik ton atau menyumbang 48,48 persen dari total produksi nikel global sepanjang tahun lalu.

Selain unggul sebagai produsen, Indonesia juga tercatat sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia pada tahun 2022, yakni mencapai 21 juta metrik ton. Posisinya setara dengan Australia. Dengan demikian, Indonesia dan Australia masing-masing menyumbang 21 persen dari total cadangan nikel global sepanjang tahun lalu.

Baca Juga  Mempelajari Teknik Presentasi Memukau ala Steve Jobs

Adapun pabrik nikel sulfat terbesar di dunia terletak di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Pabrik nikel yang diproyeksi terbesar di dunia ini memiliki kapasitas produksi nikel sulfat mencapai hingga 240 ribu ton per tahun. Pabrik tersebut dioperasikan oleh PT Halmahera Persada Lygend, afiliasi dari PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)—grup Harita Nickel.

Johan memastikan, melalui reformasi struktural, pemerintah berharap mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengurangi ketimpangan, meningkatkan investasi, dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

“Selama 10 tahun terakhir pemerintah telah menjalankan berbagai agenda reformasi struktural, baik dalam bentuk pembangunan infrastruktur, pembangunan kualitas sumber daya manusia, serta perbaikan regulasi. Seluruh langkah tersebut dilakukan untuk membangun struktur perekonomian yang lebih baik,” kata Johan.

Saat diterpa pandemi, agenda reformasi struktural sedikit bergeser menjadi agenda penanganan pandemi. Kemudian pada 2021-2024, konsistensi reformasi struktural terus dibangun kembali, salah satunya soal hilirisasi.

Baca Juga  PropertyGuru Indonesia Property Awards 2024 Perkenalkan Kategori Baru 

“Agenda reformasi struktural mentransformasikan perekonomian untuk mendorong penciptaan nilai tambah yang lebih besar dan juga inklusif, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi. Ini adalah agenda penting untuk kita bisa mencapai visi Indonesia Maju 2045,” tambah Johan.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *