in ,

Bagaimana Dampak Krisis Energi Dunia pada Indonesia?

Kemudian, di sana terjadi pula masalah distribusi pasokan yang mandek karena tidak ada supir yang mengendarai truk barang, sehingga rantai pasokan terganggu. Para supir yang kebanyakan imigran harus kembali ke negaranya karena masalah imigrasi dan pembatasan mobilitas di tengah COVID-19.

Di Tiongkok, krisis energi dapat dilihat dari aktivitas pabrik yang menyusut akibat pembatasan penggunaan listrik. Sebuah survei yang dirilis awal Oktober 2021 menyatakan bahwa output turun akibat perlambatan produksi di beberapa sektor industri. Salah satunya pabrik yang memproses logam dan produk minyak.

Krisis energi di negeri tirai bambu itu juga berkaitan dengan ambisi pemerintah dalam mengurangi emisi karbon pada 2030. Presiden Tiongkok Xi Jinping berencana untuk mulai menghentikan operasional pembangkit batu bara dan menggantinya dengan energi terbarukan (EBT). Namun untuk mencapai target itu, dibutuhkan pembangunan 100 gigawatt pembangkit tenaga surya dan 50 gigawatt tenaga angin setiap tahun untuk menyeimbangkan kenaikan konsumsi sebesar 5 persen. Hal ini jauh dari pertumbuhan EBT tahunan di sana baru mencapai setengah dari target.

Baca Juga  Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Kerja Sama Pemensiunan Dini Pembangkit Listrik Batu Bara

Sementara, krisis energi di India bisa ditengok dari aksi perusahaan utilitas yang serentak mengamankan pasokan batu bara setelah lonjakan permintaan listrik. Hal ini karena rekor harga global yang tinggi untuk permintaan listrik. Seperti diketahui, India adalah importir batu bara terbesar kedua di dunia dan itu memiliki cadangan terbesar keempat dunia.

Mengutip Reuters, setengah dari 135 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di negeri Bollywood ini hanya memiliki stok bahan bakar kurang dari tiga hari. Padahal, aturan pemerintah, pasokan setidaknya harus ada untuk dua minggu. Di sisi lain, konsumsi listrik negara-negara bagian yang fokus ke industri terus naik. Di Maharashtra, Gujarat dan Tamil Nadu misalnya, konsumsi tumbuh 13,9 hingga 21 persen dalam tiga bulan terakhir di tahun 2021.

Baca Juga  Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Digital di ASEAN Diproyeksi 2 Triliun Dollar AS

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *